Reporter: Namira Daufina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Setelah mata uang peso Filipina melalui tahun yang berat sepanjang tahun lalu, sejumlah analis meramal kinerja peso tahun depan masih akan tertekan. Proyeksi itu didasarkan dari anggaran belanja yang dibuat oleh Presiden Rodrigo Duterte tahun ini.
Dari anggaran belanja tersebut analis menduga impor Filipina akan kembali melonjak signifikan. Imbasnya tentu akan buruk mengingat aliran peso yang keluar dari Filipina kian membengkak.
Sementara dari sisi global, peluang kenaikan suku bunga The Fed hingga tiga kali tahun ini akan turut membawa aliran dana keluar yang besar dari emerging market termasuk Filipina. Tentunya ini diduga akan membawa pengaruh negatif pada pergerakan mata uang Filipina sepanjang tahun 2017.
Menurut ING Groep NV seperti dilansir Bloomberg, Rabu (4/1), tahun ini, akan menjadi tahun pertama aliran dana yang masuk ke Filipina lebih kecil dibanding defisit neraca perdagangannya.
“Saat ini merupakan saat yang penuh tantangan bagi Filipina dan ini akan berlangsung hingga beberapa tahun ke depan. Sebab kebutuhan domestik akan mendorong impor yang besar baik di barang konsumen maupun barang tahan lama. Hal ini sejalan dengan perkembangan ekonomi yang berpindah menjadi pertumbuhan yang dipicu oleh investasi asing,” kata Joey Cuyegkeng, Ekonom Dutch Lender seperti dikutip dari Bloomberg.
Pemerintah Filipina memprediksi impor akan naik 10%, atau jauh di atas rata-rata sekitar 4%.
Diduga peso akan merosot 4,4% sepanjang tahun 2017 menjadi 52 per dollar AS. Ini melanjutkan koreksi yang terjadi sepanjang 2016 sebesar 5,2%. Alan Cayetano, Head of Foreign Exchange Trading Bank of The Phillipines Islands meramal, peso akan bergulir di kisaran 51,5 hingga 52 per dollar AS.
Mengutip Bloomberg, Rabu (4/1) pukul 15.59 WIB pasangan USD/PHP menguat 0,11% ke level 49,70 per dollar AS. Padahal di akhir 2015, level USD/PHP ada di kisaran 46,00.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
