kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perusahaan konglomerasi akan tetap ekspansi


Senin, 20 Oktober 2014 / 18:58 WIB
Perusahaan konglomerasi akan tetap ekspansi
ILUSTRASI. Mudah, Intip 2 Cara Melihat Hasil Google Form melalui HP dan Laptop. REUTERS/Lucy Nicholson/File Photo


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sejumlah perusahaan konglomerasi di Asia Tenggara (ASEAN) dipercaya akan gencar melakukan ekspansi setahun hingga dua tahun ke depan. Namun, ada beberapa potensi risiko yang dihadapi akibat dari pengembangan bisnis itu.

Xavier Jean, Analis Kredit Standard & Poor's (S&P) Rating Services mengatakan, perusahaan-perusahaan konglomerasi tetap akan menggelontorkan dana yang besar untuk belanja modal dan akuisisi.

Ia memperkirakan, nilai belanja modal dari 100 perusahaan dengan nilai kapitalisasi terbesar di ASEAN mencapai lebih dari US$ 10 miliar sepanjang semester II-2013.

Adapun, perusahaan yang termasuk grup konglomerat menyumbang 10% dari total nilai akuisisi sepanjang 2013 yang mencapai US$ 13 miliar.

Jika menghitung aksi akuisisi oleh perusahaan terafiliasi, terjadi peningkatan sekitar 60% setiap tahun dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Kenaikan ini diperkirakan terus berlanjut hingga pengujung tahun 2014.

Beberapa emiten Indonesia yang masuk ke dalam kategori konglomerasi ala S&P ini adalah PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk (CPIN) yang dimiliki CP Group, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang dikuasai Keluarga Salim melalui First Pacific Co. Ltd, dan PT Astra International Tbk (ASII) yang mayoritas saham dimiliki Jardine Strategic Holdgings Ltd.

Selain itu, juga ada PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) milik Philip Morris International Inc, PT United Tractors Tbk (UNTR), anak usaha ASII, dan PT Unilever Tbk (UNVR) yang dikuasai Unilever N.V.

Para emiten tersebut dinilai leluasa untuk melakukan ekspansi, termasuk akuisisi, lantaran diversifikasi bisnis yang memungkinkan mereka ekspansi ke sejumlah lini usaha.

Bermodalkan nama besar dan bisnis yang mumpuni membuaat para emiten tersebut mudah mendapatkan akses pendanaan. Tidak hanya itu, mereka memiliki ruang untuk menarik utang.

Pasalnya, para perusahaan terserbut  leluasa untuk melakukan penyeimbangan neraca keuangan dengan memanfaatkan anak-anak usaha yang utangnya masih minim.

Namun, Xavier mengingatkan, ekspansi yang masif disertai dengan penarikan utang yang besar juga berisiko. Terutama, jika perusahaan tersebut mengakuisisi saham minoritas dari entitas asing.

Risiko yang timbul adalah dibutuhkan waktu yang lama bagi perusahaan untuk mendulang keuntungan. Semakin besar ruang lingkup bisnis, maka akan semakin komplex laporan keuangan.

Biasanya, perusahaan konglomerasi yang memiliki anak usaha yang sahamnya tercatat di bursa lebih sulit untuk melakukan konsolidasi laporan keuangan. Pada umumnya perusahaan para taipan pemilik saham emiten dengan kepemilikan publik yang besar akan mencatatkan pendapatan, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) serta arus kas kondolidasi yang besar.

Namun, induk usaha ini tidak akan bisa meraup fulus secara maksimal. Mereka hanya akan menerima dividen yang dibagikan secara pro rata dengan para pemegang saham lain. Xavier menyebut kondisi sebagai cash leakage alias ada kebocoran arus kas.

Jadi, yang lebih terlihat laporan keuangan konsolidasi perusahaan konglomerasi biasanya terkait kondisi likuiditas secara keseluruhan. Sementara nilai dan rasio utang bersih tidak terlalu ketara.

Berdasarkan catatan S&P, salah satu dari 12 konglomerat yang memiliki eksposur tinggi terhadap kondisi tersebut adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Perusahaan yang dikendalikan keluarga Salim ini memiliki beberapa anak usaha yang sahamnya juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mereka adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). INDF menguasai saham di ketiga entitas itu masing-masing sebesar 80,5%, 50,6%, dan 30,1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×