Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) dalam menjaring laba bersih di sepanjang tahun ini tersandung kewajiban membayar pajak terutang ke Ditjen Pajak. Kinerja operasional di sepanjang tahun lalu yang masih menurun menambah beban PGAS dalam memperbaiki kinerja. Analis memproyeksikan kinerja PGAS di sepanjang tahun ini cenderung konservatif.
Mengutip laporan keuangan hingga kuartal ketiga 2020, pendapatan PGAS tercatat menurun 23,5% secara tahunan menjadi US$ 2,15 miliar. Sementara, laba bersih menurun lebih dalam 58,75% secara tahunan menjadi US$ 3,26 juta.
Penurunan kinerja tersebut diproyeksikan masih akan terjadi dalam laporan kinerja di sepanjang 2020. Hasan Barakwan Analis Sucor Sekuritas mengatakan dalam risetnya, manajemen PGAS menjabarkan bahwa kinerja di sepanjang 2020 masih akan menurun pada semua segmen.
Volume distribusi gas tercatat masih menurun 13% secara tahunan ke 838 bbtud. Angka tersebut berada 5% di bawah target PGAS dan 1% di bawah target Sucor Sekuritas untuk sepanjang 2020.
Baca Juga: PGN (PGAS) siap modernisasi akses jaringan gas di sejumlah daerah
Hasan mengatakan manajemen menyebut kinerja distribusi volume gas yang menurun terjadi karena kebutuhan gas dalam berbagai sektor lainnya juga masih menurun.
Hasan menilai target pertumbuhan volume distribusi gas dari manajemen untuk 2021 cenderung konservatif. PGAS memproyeksikan pertumbuhan target volume distribusi gas sekitar 12% ke 894 bbtud-930 bbtud. Sementara, bisnis transmisi gas dan bisnis hulu diproyeksikan naik 11% dan 35% secara tahunan.
PGAS menyiapkan capex yang lebih tinggi sekitar US$ 490 juta hingga US$ 620 juta pada tahun ini. Sebagai perbandingan, capex di tahun lalu sebesar US$ 201 juta. Hasan mengatakan penggunaan capex kemungkinan dialokasikan untuk mengembangkan bisnis hilir sekaligus mendukung pengembangan proyek pipa minyak mentah Rokan.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS) akan cicil utang pajak senilai Rp 3,06 triliun