Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini
KONTAN.CO.ID - Jakarta. PT Pertamina New and Renewable Energy (NRE) dan Electrum menandatangani kesepakatan awal kerja sama pengembangan bisnis kendaraan listrik di sela-sela perhelatan KTT G20 di Bali, akhir pekan lalu, 12 November 2022.
Penandatanganan kesepakatan dilakukan oleh Managing Director Electrum, Patrick Adhiatmadja dan Chief Executive Officer Pertamina NRE, Dannif Danusaputro.
Pertamina NRE adalah anak usaha PT Pertamina (Persero) yang didirikan untuk menggarap sektor energi terbarukan, sedangkan Electrum adalah perusahaan patungan antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Electrum menjadi ujung tombak GOTO dan TOBA dalam mewujudkan visi zero emisi sekaligus mendukung pemerintah mewujudkan transformasi energi nasional.
“Kami diberi mandat mengembangkan energi bersih serta dekarbonisasi, sehingga kolaborasi hari ini bersama Electrum meneguhkan hal tersebut. Melalui kolaborasi di bidang infrastruktur baterai, kami berharap menciptakan terobosan positif di bidang energi terbarukan untuk mengakselerasi transisi energi di Indonesia sesuai target pemerintah,” kata Dannif Danusaputro, Direktur Pertamina NRE, dalam keterangan resmi, dikutip Senin (14/11/2022).
Melalui kesepakatan ini, Electrum dan Pertamina NRE akan menjajaki kerja sama terkait infrastruktur baterai, pengembangan teknologi, manufaktur, hingga komersialisasi. Kolaborasi swasta dan BUMN ini menjadi tonggak bersejarah dalam mendorong perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.
“Potensi adopsi kendaraan listrik di Indonesia membutuhkan kolaborasi menyeluruh dari berbagai pihak, termasuk swasta dan BUMN, agar ekosistem kendaraan listrik berkembang secara optimal dan dapat dimanfaatkan secara luas,” kata Managing Director Electrum, Patrick Adhiatmadja.
Andrew B Soesilo, Analis MNC Sekuritas, menilai komitmen Pertamina NRE menyediakan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) sejalan dengan bisnis model Electrum yang menyediakan motor listrik dengan opsi tukar baterai.
Ketersediaan jaringan ini memudahkan para pengguna motor listrik, sehingga menjadi lebih simpel dan lebih hemat waktu.
“Tanpa infrastruktur penunjang untuk lokasi penukaran baterai, adopsi dan penetrasi kendaraan listrik ke konsumen dan masyarakat luas menjadi terhambat,” kata Andrew.
Analisis Bisnis
MNC Sekuritas telah merilis riset khusus mengenai potensi bisnis kendaraan listrik di Indonesia. Riset tersebut dibuat berdasarkan pengalaman analis menjajal motor listrik Gogoro yang diimpor Electrum dari Taiwan.
Menurut riset per awal November tersebut, Electrum selangkah di depan para kompetitor setidaknya karena dua hal. Pertama, memiliki captive market di ekosistem GOTO. Kedua, kolaborasi dengan banyak pihak yang memungkinkan pengembangan ekosistem EV terwujud lebih cepat. Salah satunya, kerja sama dengan Pertamina dalam bentuk ketersediaan jaringan SPBKLU.
Andrew menjelaskan, sejauh ini, setidaknya ada dua model bisnis kendaraan listrik di Indonesia. Pertama menggunakan sistem charging, di mana pengguna motor listrik dapat mengisi daya baterai di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Model yang kedua adalah model yang menggunakan sistem penukaran baterai (swap). Untuk kasus Electrum, model bisnis yang sedang dikembangkan adalah model yang kedua yaitu dengan battery swap.
“Model swap battery saat ini cenderung memiliki keunggulan karena lebih praktis. Kalau model charging kan masyarakat harus mengisi daya dulu, bisa di rumah atau di stasiun. Masalahnya ini butuh waktu bisa 3-4 jam sendiri. Kalau swap kan bisa langsung ditukar dan tidak takes time” kata Andrew.
Keuntungan lainnya, pola swap battery tidak mengharuskan konsumen untuk mengganti baterai. Seperti isi ulang air galon, konsumen tidak perlu memikirkan galonnya. “Ongkos ganti baterai ini kan masih mahal, jadi kalau model swap itu harapannya tidak ada cost untuk battery replacement sehingga ujung-ujungnya motor listrik akan jauh lebih terjangkau dan bisa diadopsi secara masif” katanya.
Aqil Triyadi, analis Panin Sekuritas menjelaskan, peluang bisnis dan prospek kendaraan listrik sangat menjanjikan karena industri ini terbilang baru yang siap menjadi “new kids on the block” di pasar otomotif. “Indonesia merupakan pasar yang besar untuk industri otomotif. Per tahun penjualan roda dua bisa mencapai lebih dari 5 juta unit. Meski penjualan motor listrik ini masih sangat kecil, tetapi jika dari sisi affordability bisa dijangkau, maka tingkat penetrasinya akan tumbuh dengan pesat” ujar Aqil.
Selain memiliki pasar yang besar, Indonesia juga memiliki peluang untuk menjadi pemain global di industri yang baru berkembang ini. Sebagai gambaran, salah satu komponen utama dari kendaraan listrik adalah baterai dan komponen inti baterai salah satunya nikel. Soal mineral yang satu ini Indonesia tak diragukan lagi memiliki sumber daya yang sangat melimpah.
Sumber pendapatan baru GOTO
Masuknya GoTo ke industri motor listrik selain untuk mendukung misi net zero emission yang lebih cepat juga menjadi salah satu manuver perusahaan teknologi yang satu ini untuk mencari sumber pendapatan baru.
Perusahaan rintisan terutama startup teknologi saat ini dihadapkan pada kondisi yang cukup menantang karena harus berpikir kreatif mencari sumber pendapatan baru dan beralih dari model berbasis komisi yang selama ini sangat price sensitive dan margin-nya kecil
“Startup harus mulai berpikir ke arah marjin sampai profit, bukan lagi bakar uang untuk tetap bisa kompetitif dan sustain di saat yang sama. Untuk sampai ke arah profit itu butuh 2 hal pertama adalah mesin pertumbuhan (growth engine) dan yang kedua adalah efisiensi operasional” kata Aqil.
Kehadiran Electrum menunjukkan bahwa GoTo berkomitmen untuk terus bertumbuh dan mencari sumber pendapatan baru di pasar yang menjanjikan. “Jadi ekosistem yang besar saja tidak cukup. Ekosistem tersebut harus terus diperluas dan diintegrasikan. Nah, GoTo menjadi startup yang sudah mengarah ke sana. Dengan ekosistem yang besar, Electrum akan menjadi enabler bagi GoTo mencapai target kinerja bisnis yang diinginkan yaitu growth engine” tambah Aqil.
“Kalau growth engine sudah ada dan nanti digabung dengan kinerja operasional yang efisien untuk mendapatkan margin maka ini akan membuat startup bisa mencapai untung lebih cepat, termasuk GoTo” pungkas Aqil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News