Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pidato Gubernur The Fed Janet Yellen jadi penopang keperkasaan dollar AS. Di pasar spot, Kamis (19/1), rupiah terkikis 0,22% menjadi Rp 13.376 per dollar AS. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah ambruk 0,36% ke Rp 13.376 per dollar AS.
Analis Esandar Arthamas Berjangka Tonny Mariano mengatakan, sentimen eksternal mendominasi pelemahan mata uang Garuda. Terlebih dalam pidatonya, Yellen mengisyaratkan suku bunga The Fed berpeluang naik lebih cepat serta lebih besar dari perkiraan.
Saat ini, pelaku pasar masih mengantisipasi pidato Donald Trump setelah dilantik menjadi presiden Amerika Serikat (AS) di akhir pekan ini. "Jika kebijakan ekonomi Trump belum jelas, maka akan menguntungkan rupiah," ujar Tonny, Kamis (19/1).
Sedangkan dari dalam negeri masih minim sentimen. Memang, kemarin BI mempertahankan 7-day reverse repo rate di 4,75%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, kebijakan BI ini cukup tepat untuk meredam pelemahan rupiah, jika ada kejutan baru dari Negeri Paman Sam. Tapi sentimen penggerak rupiah dari eksternal masih lebih dominan.
Pekan ini, ada beberapa data eksternal yang patut dicermati. Data tersebut antara lain klaim pengangguran serta izin pembangunan AS yang akan dirilis Kamis (19/1) malam. Selanjutnya, data pertumbuhan ekonomi China kuartal IV-2016 yang akan dirilis pada Jumat (20/1).
Nah, jika data ekonomi AS positif, Josua memprediksi rupiah kembali tertekan dan bergerak di kisaran Rp 13.350–Rp 13.450 per dollar AS pada akhir pekan ini. Senada, Tonny juga memperkirakan rupiah akan melemah dan bergerak di level Rp 13.350–Rp 13.400 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News