kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,75   12,44   1.37%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan turun, batubara merana


Kamis, 04 Oktober 2012 / 06:18 WIB
ILUSTRASI. Varian Covid-19 menyerang konsumen terbesar membuat harga minyak turun.


Reporter: Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Batubara terus meredup. Pemicu utamanya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara pengimpor batubara.
Harga kontrak pengiriman batubara untuk Oktober 2012 di bursa ICE Futures, Selasa (2/10), tidak bergerak dari US$ 86,15 per ton. Itu merupakan harga batubara terendah sejak 4 September 2009.

Permintaan batubara dari negara-negara pengguna, seperti China, Jepang dan India melandai. Akibatnya, persediaan batubara dunia pun meningkat. Untuk meredam harga terjun lebih dalam, sejumlah perusahaan tambang menghentikan sementara kegiatan produksinya.

Sinyal tentang perlambatan pertumbuhan China yang terbaru adalah keputusan pemerintah Negeri Tembok Raksasa itu merevisi pertumbuhan ekonomi di tahun ini menjadi  7%, dari semula 7,4%.

Pertumbuhan ekonomi global yang makin kerdil tidak lepas dari krisis utang yang membelit Eropa. Kondisi ekonomi di Benua Biru itu menjadi aral bagi kenaikan harga komoditas energi.

Ibrahim, Analis Harvest International Futures, mengatakan, lembaga pemeringkat Moodys akan menurunkan rating perbankan Spanyol akibat ketidakpastian ekonomi negara itu. Hingga kini, Pemerintah Spanyol belum memberikan kepastian apakah akan meminta bailout kepada European Central Bank (ECB).

Cooking coal lesu

Penurunan harga melanda semua jenis batubara, termasuk cooking coal. Itu adalah jenis batubara yang memiliki kalori tinggi, lebih dari 6.000 kilokalori per kilogram atau kkal/kg. Batubara kualitas tinggi itu, umumnya digunakan untuk industri pembuat baja dan tembaga.

Ibrahim menuturkan, saat ini harga cooking coal masih berkisar US$ 90 per ton. "Jika permintaan batubara terus melemah, harga cooking coal bisa terus melandai hingga US$ 87 per ton," ujar dia.

Berbagai indikator teknikal mengonfirmasi penurunan harga batubara. Moving average (MA) 60% berada di bawah bollinger tengah, dengan arah negatif. Moving average converge divergence (MACD) 60% ke arah bawah.

Relative strngth index (RSI) juga bergerak ke arah bawah. Bollinger 20 berada di posisi 50% di bawah bollinger tengah. Kondisi ini mengarah ke area negatif.

Ibrahim menilai, kondisi pelemahan batubara masih akan berlangsung hingga tahun depan. Dalam sepekan, ia memprediksi harga batubara akan berkisar US$ 83  hingga US$ 87 per ton. Support harga coking coal dalam sepekan ini adalah US$ 87,20 per ton, sedang resistance senilai
US$ 93,50 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×