kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan SUN Diprediksi Makin Ramai Jelang Rapat The Fed pada Pekan Depan


Minggu, 29 Januari 2023 / 14:18 WIB
Permintaan SUN Diprediksi Makin Ramai Jelang Rapat The Fed pada Pekan Depan
ILUSTRASI. Obligasi Negara.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan masih ramai jelang rapat The Fed minggu depan. Seperti diketahui, pemerintah akan kembali melakukan lelang SUN untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2023. Lelang terdekat akan dilakukan pada Selasa (31/1), dibuka pukul 09.00 WIB dan ditutup pukul 11.00 WIB

Sementara, rapat The Fed dilakukan pada 31 Januari – 1 Februari 2023.

Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, permintaan SUN yang diprediksi akan ramai minggu depan telah tercermin dari hasil lelang pada 17 Januari 2023.

“Dalam lelang itu, penawaran tembus sampai Rp 59 triliun dan Pemerintah berhasil menyerap dana Rp 23 triliun,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (29/1).

Baca Juga: Permintaan SUN Diprediksi Makin Ramai Pekan Depan

Menurut Guntur, secara risk dan reward, sepertinya banyak investor yang bullish di obligasi untuk short-term. Sebab, yield secara keseluruhan sudah mulai turun dan kinerja harga obligasi meningkat secara YTD.

“Kondisi makro, di mana tingkat inflasi mulai terjaga, dan signal The Feds terkait tingkat kenaikan suku bunga AS yang diprediksi melandai menyebabkan investor obligasi risk on dan bullish,” ungkapnya.

Meskipun jumlah SUN yang bisa laku pada pekan depan masih sulit diprediksi, tetapi Guntur optimistis permintaan dari investor akan sangat baik pada lelang mendatang.

“Kondisi pasar masih cukup dinamis. Tapi, permintaan dari investor diperkirakan masih baik, walaupun pergerakan yield sedikit meningkat 2 hari ini,” ujarnya.

Guntur memaparkan, kondisi pasar SBN Indonesia tahun ini berpotensi mengalami banyak perubahan positif, termasuk soal aksi beli asing.

Menurut Guntur, hal itu berbanding terbalik dengan tahun lalu saat kondisi ekonomi cukup bergejolak dan turut memberikan sentimen negatif terhadap pasar obligasi Indonesia.

“Terutama, di tengah tren kenaikan suku bunga di negara maju menjadi salah satu faktor keluarnya dana asing (foreign capital outflow) dari pasar SBN Indonesia lebih dari Rp 130 triliun rupiah pada tahun lalu,” ungkapnya.

Selain itu, di akhir tahun 2022, The Feds memberi sinyal bahwa tren kenaikan tingkat suku bunga kemungkinan akan melandai di tahun 2023, terutama dengan tingkat inflasi yang lebih terjaga dan mengalami penurunan.

Baca Juga: Penawaran Perdana SUN dalam Rangka Penempatan Dana PPS, Ini Hasilnya

Hal tersebut, kata Guntur dapat mendorong dana asing masuk ke pasar obligasi di emerging market, termasuk Indonesia.

“Di tahun ini, jumlah investor asing di pasar SBN kemungkinan besar akan terus bertambah seiring dengan tingkat inflasi yang lebih terjaga dan tingkat suku bunga yang diprediksi akan melandai di tahun 2023,” katanya.

Terkait seri SUN yang akan banyak diburu pada lelang pekan depan, Guntur mengaku pihaknya belum bisa memastikan, karena belum ada data yang dipublikasikan.

“Namun, biasanya seri benchmark alias seri tenor menengah 10 tahun yang cenderung diminati pada lelang,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×