Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah India berencana mengerek bea masuk sebesar 45% untuk produk sawit dan 54% untuk produk turunannya. Padahal saat ini, India sudah mengenakan tarif sebesar 7,5% sampai 15% untuk produk sawit dan 15% sampai 25% untuk produk turunan sawit.
Pengenaan tarif ini ikut berimbas pada ekspor salah satu produsen kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk. Sama seperti produsen lain, emiten berkode AALI ini mengandalkan India sebagai negara tujuan ekspor. Soalnya, dari total ekspor kelapa sawit Indonesia sebesar 31 juta ton, porsi pasar India 7,6 juta ton.
"Makanya sangat signifikan, kalau India terganggu akan berasa, pengiriman ekspor Astra ke India mulai Januari turun," ujar Joko Supriyono, Wakil Presiden Direktur Astra Agro Lestari, Selasa (10/4).
Sayang, Joko enggan merinci kontribusi pasar India terhadap kinerja ekspor Astra Agro Lestari. Berdasarkan catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), permintaan dari India hanya naik 1% pada awal tahun ini, dari 593.250 ton pada Desember 2018 menjadi 598.350 ton sepanjang Januari 2018.
Joko bilang, Astra Agro mulai mencari pasar alternatif untuk mengekspor produk crude palm oil dan turunannya ke beberapa negara potensial, di antaranya, Pakistan, Bangladesh dan Afrika.
Meski tak sebesar India, ketiga negara ini dianggap cukup punya prospek cerah bagi industri CPO Tanah Air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News