Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil konsolidasi setelah terbang tinggi. Tren harga menguat setelah mendapat dukungan dari permintaan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (19/8) kontrak harga CPO pengiriman November 2016 di Malaysia Derivative Exchange menguat 0,15% ke RM 2.580 per metrik ton. CPO mencatat kenaikan selama tiga pekan beruntun, dan sepekan terakhir menanjak 3,6%.
Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menyatakan, penurunan produksi CPO di saat permintaan sedang naik menjadi sentimen positif. Penurunan produksi salah satunya terjadi pada Sipef Group. Laporan produksinya bulan April hingga Juni menurun 2,2% menjadi 72.972 ton.
"Kurangnya suplai, terutama dari Indonesia, mendukung kenaikan harga CPO," kata Wahyu.
Di saat produksi sedang turun, ternyata permintaan membaik, terutama dari China dan India. Pembeli asal Negeri Panda meningkat lantaran menyambut festival musim gugur yang dimulai pertengahan September.
Kebutuhan CPO naik untuk membuat makan serta sajian khas musiman, seperti kue bulan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, biasanya CPO sudah dibeli beberapa bulan sebelumnya.
Terlihat pada bulan Juni, China kembali menempati posisi sebagai importir terbesar kedua CPO Indonesia setelah India. Untuk pertama kali sejak Desember 2015, permintaan dari Tiongkok mengungguli Uni Eropa.
"Tetapi kenaikannya mungkin tidak terlalu tinggi dan rentan koreksi," lanjut Wahyu.
Berdasarkan survei Bloomberg, cadangan CPO Indonesia kemungkinan menurun 4,4% menjadi 1,72 juta ton pada bulan Juli. Sementara ekspor CPO diprediksi meningkat 6,7% ke 1,9 juta metrik ton.
Panen kelapa sawit diprediksi kembali membaik seiring berakhirnya El Nino. Menurut Wahyu, meski tertekan El Nino, produksi CPO 2016 masih lebih baik dibandingkan tahun lalu.
"Namun secara keseluruhan, potensi penguatan harga masih cukup terbuka, meski ancaman koreksi juga ada," kata Wahyu.
Terdorong minyak
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Yulia Safrina mengatakan, rendahnya output CPO tahun lalu menyebabkan kebutuhan minyak sawit tidak dapat terpenuhi. Nah, inilah yang membuat permintaan CPO tahun ini meningkat.
"Ekspektasi permintaan yang terus membaik membuat prospek CPO hingga akhir tahun positif," tuturnya.
Di samping itu, pergerakan harga juga terpengaruh nilai tukar dollar Amerika Serikat serta pergerakan komoditas lainnya, terutama minyak mentah. Harga minyak bumi saat ini bergerak positif dan mulai kembali mendekati level US$ 50 per barel.
Selama harga CPO tidak kembali ke bawah RM 2.000 per metrik ton, Wahyu memperkirakan, akhir tahun bisa bertahan di atas RM 2.700 per metrik ton. "Range harga jangka menengah ada di RM 2.300 - RM 2.800 per metrik ton," lanjutnya.
Jika level RM 2.800 dapat ditembus, Wahyu optimistis, CPO berada pada RM 3.000 per metrik ton tahun ini. Tetapi jika harga kembali ke RM 2.500 maka peluang konsolidasi ke RM 2.000 semakin besar.
Sementara Yulia memprediksi, harga CPO bisa di sekitar RM 2.700 per metrik ton hingga akhir tahun. Secara teknikal, harga bergerak di atas MA 50 dan MA100, menunjukkan tren pergerakan masih menguat.
Indikator MACD berada di bawah level 0 tetapi masih bergerak naik. Indikator RSI menguat di level 65 tetapi stochastic overbought di level 90 sehingga membuat peluang koreksi.
Senin (22/8) Yulia memprediksi harganya menguat dan bergerak di antara RM 2.590 - 2.650 per metrik ton. Sedangkan Wahyu yakin harga CPO di kisaran RM 2.450 - RM 2.750 per metrik ton dalam sepekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News