kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perlahan Tapi Pasti, Harga Minyak Dunia Merangsek Naik


Kamis, 28 Agustus 2008 / 19:24 WIB


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga kontrak minyak jenis light sweet di pasar New York Mercantile Exchange (NYMEX) yang fluktuatif bisa diibaratkan dengan naik roller coaster. Pasalnya, kedua-duanya bisa membuat jantung para investor berdetak kencang.

Pada akhir pekan lalu, Jumat (22/8), harga kontrak light sweet bulan Oktober sempat terperosok hingga ke level US$ 114,59 per barel. Penurunan tersebut terjadi setelah beberapa hari sebelumnya bertengger di posisi US$ 121 per barel.

Namun, perlahan tapi pasti, harga minyak mengalami kenaikan. Hingga pukul 17:07 WIB hari ini, harganya telah mendaki di level US$ 118,83 per barel. Artinya, dalam waktu enam hari saja harga minyak telah menguat sebesar 3,7%.

Direktur PT Reliance Securities, Stefanus P Susanto mengatakan bahwa harga fundamental minyak saat ini berada di level US$ 115 per barel. Bila kemudian terjadi kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, itu disebabkan adanya peningkatan tensi politik yang terjadi antara Rusia dan Georgia yang belakangan ini turut melibatkan negara adikuasa Amerika Serikat (AS). "Penempatan rudal AS di Polandia membuat ketegangan semakin tinggi," ujar Stefanus, kepada KONTAN, tadi sore (28/8). Ancaman terjadinya peperangan tentu saja membuat harga minyak kembali menjadi merangsek naik.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibrahim, analis dari PT Asia Kapitalindo Komoditi Berjangka. "Bukan tidak mungkin minyak akan berada di atas level US$ 125 per barel," ujar Ibrahim. Menurutnya, selain faktor geopolitik itu, ada pula faktor lain yang membuat harga minyak melonjak. Ancaman badai yang melanda Teluk Meksiko juga menjadi pertimbangan tersendiri. "Apalagi Departemen Energi di AS menyatakan sedang defisit minyak," tegas Ibrahim. Ia pun memperkirakan kisaran yang cukup jauh untuk pergerakan harga minyak hingga akhir tahun 2008. Ibrahim memprediksi titik resistan harga minyak berada di level US$ 150 per barel. Sementara, titik supportnya berada pada level US$ 111 per barel.

Sementara itu, titik resistan versi Stefanus berada di level US$ 105 per barel. Namun bicara mengenai harga tertinggi yang mungkin terjadi hingga akhir tahun ini, ia memperkirakan nilainya tidak akan lebih dari US$ 125 per barel. Stefanus berpendapat bahwa harga fundamental emas hitam itu adalah US$ 115 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×