kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pergerakan nikel menanti sinyal perang dagang


Jumat, 12 Juli 2019 / 15:50 WIB
Pergerakan nikel menanti sinyal perang dagang


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Nikel kembali bergerak menguat. Kamis (11/7) harga nikel di London Metal Exchange ada di US$ 13.073 per ton, naik 1,12% dari sehari sebelumnya. Efek perang dagang dinilai menjadi faktor utama yang menggerakkan harga nikel.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, menguatnya harga nikel disebabkan oleh ekspektasi positif menanti hasil pertemuan antara pejabat Amerika Serikat dan China. Harapannya, dalam pertemuan tersebut semakin memberikan sinyal-sinyal positif agar perang dagang semakin mereda. Jika perang dagang dinyatakan usai, Ibrahim menyebutkan harga nikel bisa kembali melesat di level US$ 13.0000-US$ 14.000 per ton.

Baca Juga: Smelter Nikel Wanatiara Persada di Maluku Utara Beroperasi Desember 2019

"Dengan demikian, China bisa kembali mengekspor hasil produksi nikelnya," jelas Ibrahim.

Selain itu, Ibrahim menyampaikan kemungkinan The Fed untuk memangkas suku bunga acuan juga menjadi penyebab harga nikel menguat. "Karena ekspektasi The Fed menurunkan tingkat suku bunga acuannya kembali tinggi, harga-harga komoditas mengalami kenaikan. Salah satunya, nikel," ujar Ibrahim.

Meskipun berharap perang dagang segera mereda, Ibrahim pesimis pada pertemuan antara pejabat AS dan China pekan depan menghasilkan komitmen untuk segera meredakan perang dagang. "Untuk saat ini saja, perang dagang sudah mulai merembet kemana-mana. Bahkan Prancis sudah menerapkan pajak tinggi untuk IT yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan AS," tambah Ibrahim.

Oleh karena itu, Ibrahim berpendapat harga nikel bisa saja kembali turun untuk jangka panjang. Menurutnya, nikel bisa melemah hingga di bawah level US$ 11.000 per ton. Selain faktor perang dagang yang tak usai, faktor perlambatan ekonomi global menjadi salah satu yang bisa menyebabkan nikel melemah.

Dari faktor domestik, Ibrahim menyebutkan smelter yang akan mulai dioperasikan tiga perusahaan di Indonesia turut mempengaruhi harga nikel. Dengan adanya smelter ini, ia memperkirakan produk nikel akan menumpuk. "Sedangkan permintaan nikel menurun," tambah Ibrahim.

Walaupun demikian, secara teknikal harga nikel masih positif untuk menguat. Menurutnya, harga nikel bisa menguat di level US$ 12.950-US$ 13.140 per ton.

Indikator stochastic, MACD, RSI 60% positif. "Jadi secara teknikal masih akan naik harganya dalam minggu-minggu ini," tutup Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×