Reporter: Namira Daufina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Meski fundamental dalam negeri masih kinclong, nilai tukar rupiah masih harus terseret pelemahan dalam sepekan terakhir. Diduga sepanjang pekan depan pun rupiah masih belum dapat posisi menguntungkan.
Di pasar spot, Jumat (2/6) valuasi rupiah terkikis 0,06% ke level Rp 13.315 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir rupiah merosot 0,15%. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah terangkat tipis 0,07% di level Rp 13.311 per dollar AS walau masih catatkan koreksi 0,12% dalam sepekan terakhir.
David Sumual, Ekonom Bank BCA memaparkan sepanjang pekan ini data ekonomi Amerika Serikat yang positif jadi penyebab utama terus melemahnya rupiah. Apalagi terbaru data tenaga kerja AS sektor swasta benar dirilis tumbuh dari 174.000 orang menjadi 253.000 orang. Tentu ini menyuntikkan tenaga tambahan bagi USD.
Tidak berhenti di situ, mendekati rapat FOMC yang akan berlangsung di pertengahan bulan Juni 2017, USD memang sedang di atas angin. "Semua fokus pasar tertuju pada peluang kenaikan fed fund rate dan wajar rupiah melemah karena pelemahan terjadi hampir pada semua mata uang Asia," imbuh David.
Ia pun menilai data inflasi yang dirilis dari dalam negeri tidak banyak menopang rupiah untuk membalikkan keadaan. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi Indonesia Mei 2017 berada di level 0,39% atau naik dari April 2017 yang berada di level 0,09%.
"Walau naik tapi masih di area yang terkontrol dan ini sebenarnya enggak buruk sehingga pelemahan rupiah hitungannya sangat minim," papar David.
Meski demikian ia memperkirakan sepanjang pekan depan rupiah masih berpotensi kembali melemah. Ini mempertimbangkan masih besarnya dominasi eksternal terutama dari AS pada pergerakan minggu depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News