Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Spekulasi kenaikan suku bunga The Fed menjadi tekanan harga emas. Namun, emas masih bisa tertolong perannya sebagai aset safe haven.
Mengutip Bloomberg, Senin (30/5) pukul 18.39 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2016 di Commodity Exchange tergerus 0,4% dibandingkan akhir pekan lalu ke level US$ 1.211 per ons troi.
Nanang Wahyudin, Analis PT Finex Berjangka menyatakan, harga emas terlihat dalam tekanan baik dari sisi teknikal maupun fundamental. Di samping kenaikan suku bunga The Fed, isu British Exit (Brexit) juga menekan laju emas. Memanasnya isu Brexit menyebabkan euro tertekan di hadapan dollar AS. Penguatan dollar AS pada akhirnya memberi pengaruh negatif pada emas.
"Sebenarnya banyak analis yang memprediksi harga emas bisa ke level US$ 1.400 per ons troi jika suku bunga The Fed tidak naik. Tetapi dengan wacana kenaikan suku bunga The Fed, target tersebut menjadi riskan," paparnya.
Untungnya, emas masih memiliki fungsi sebagai aset lindung nilai. Hal ini bisa menahan kejatuhan harga emas. Pelaku pasar masih melihat kondisi ekonomi China melambat, demikian juga dengan kondisi ekonomi secara global. Apalagi setelah Bank Sentral di Eropa dan Jepang menerapkan suku bunga negatif guna mendorong ekonomi.
"Walaupun ada kekhawatiran kenaikan Fed fund rate, pasar memperhitungkan kembali kondisi ekonomi global," lanjut Nanang. Penurunan harga emas ini menurutnya menjadi peluang buy on weakness.
Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures menambahkan, prospek emas jangka panjang masih positif lantaran perannya sebagai aset safe haven. Hanya saja, isu kenaikan suku bunga The Fed telah menganggu ekspansi emas.
Tahun ini, Deddy masih merekomendasikan speculative buy untuk emas, sedangkan tahun depan bisa beli ketika isu kenaikan suku bunga The Fed mereda. "Semakin murah harga emas maka semakin baik untuk kita koleksi," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News