Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski cenderung stabil saat ini, analis menilai harga komoditas batubara dan minyak masih memiliki potensi terkoreksi ke depan seiring dengan maraknya sentimen negatif.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan memproyeksi adanya penurunan harga batubara ke level US$ 160 per ton hingga akhir 2023 dari sebelumnya mencapai US$ 360 per ton pada 2022. Sejumlah faktor diproyeksi akan memberatkan langkah harga emas hitam ini. Pertama, proyeksi perlambatan ekonomi global.
Kedua, stok batubara di berbagai negara saat ini berada pada level yang relatif aman. Ketiga, peningkatan produksi batubara dan membaiknya hubungan bilateral antara Australia dan China.
Dari sisi permintaan, Felix mengamati tren volume impor batubara dari negara Eropa relatif bervariasi. Misalkan, Prancis dan Italia masih mengalami kenaikan impor masing-masing sebesar 68,7% dan 95,6% year-on-year (YoY). Di sisi lain, impor batubara Polandia dan Jerman turun masing-masing sebesar 24,7% dan 5,6% YoY.
“Hal ini mencerminkan permintaan batubara di beberapa negara besar Eropa pada tahun ini relatif tidak setinggi tahun lalu, ketika krisis energi mencapai puncaknya akibat sanksi ekonomi Rusia yang menghambat pasokan gas ke Eropa,” kata Felix.
Baca Juga: Bersiap Hadapi Transisi Energi, Medco Energi (MEDC) Gesit Garap Bisnis di Luar Migas
Sementara untuk sektor migas, Felix sendiri relatif memasang sikap netral terhadap harga minyak. Dia memproyeksi harga minyak mentah akan berada di rentang US$ 80 sampai dengan US$ 85 per barel tahun ini.
Sejauh ini, Felix menilai harga minyak berpeluang melemah pada tahun ini. Pelemahan tersebut seiring dengan perlambatan data ekonomi, yakni Purchasing managers’ index (PMI) di China dan potensi kenaikan tingkat suku bunga acuan di berbagai negara.
Namun, ada pernyataan dari Perdana Menteri (PM) China Li Qiang, yang menyatakan bahwa pemerintah akan memberikan stimulus perekonomian di China. Ini tentunya merupakan sentimen yang patut dicermati karena China merupakan konsumen minyak terbesar di dunia.
Felix menyematkan rating netral untuk sektor batubara Indonesia. Felix menjadikan saham milik Boy Thohir, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebagai pilihan utama alias top pick di sektor batubara.
Prospek ADRO disokong oleh peningkatan target penjualan di tahun 2023, perluasan segmen usaha yang lebih ramah lingkungan, dan neraca perusahaan yang solid. Dia merekomendasikan hold untuk ADRO dengan target harga Rp 2.600.
Selain itu, Panin Sekuritas juga merekomendasikan hold saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga Rp 28.000 dan hold saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp 3.100.
Di sektor migas, Felix merekomendasikan buy saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan target harga Rp 1.900 dan menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan target harga Rp 1.315.
Asal tahu, sejauh ini saham berbasis komoditas energi mayoritas masih terperosok di zona merah. Hal ini tercermin dari Indeks IDX Energy yang masih terkoreksi 14,28% secara year-to-date.
Ini menjadikan indeks yang berisikan saham-saham tambang komoditas energi tersebut sebagai indeks sektoral dengan kinerja paling jeblok di Bursa Efek Indonesia.
Baca Juga: Tekanan pada Harga Komoditas Mulai Terbatas, Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, secara teknikal sektor IDX Energy saat ini sedang berada pada fase uptrend-nya sejak awal Juni 2023 lalu. Hal tersebut juga tampak pada pergerakan saham emiten penghuni indeks ini yang sudah mulai berada di zona hijau dalam sebulan perdagangan.
Untuk emiten penghuni IDX Energy, investor dapat mencermati saham ADRO dengan target Rp 2.550-2.650, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) dengan target Rp 420- Rp 440, PT Harum Energy Tbk (HRUM) dengan target Rp 1.800-Rp 1.875, PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan target Rp 2.280-Rp 2.360, dan PTBA dengan target Rp 3.010-Rp 3.140.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News