Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Berikut adalah sejumlah isu hangat yang layak disimak pada hari ini (1/10).
- Prediksi deflasi di September
Bank Indonesia menyatakan, penurunan harga telah terjadi dua pekan terakhir di bulan September ini. Penurunan harga itu diproyeksikan akan menciptakan deflasi di bulan September.
Wakil Gubernur Bank Indonesia Hendar, mengatakan, bahwa deflasi terjadi pada pekan kedua bulan September sebesar 0,9%. Sayangnya, tak dijelaskan perbandingan deflasi di bulan September tersebut.
Data mengenai tingkat inflasi akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada hari ini.
- Perdebatan anggaran belanja AS
Rakyat Amerika Serikat (AS) harap-harap cemas. Pasalnya, Senin (30/9) jam 2 siang waktu setempat atau Selasa (1/10) jam 2 dinihari WIB, anggota partai Republik Senat AS akan mengambil satu keputusan penting soal anggaran Pemerintahan Obama.
Anggota Senat AS dari partai Republik akan memutuskan, apakah menyetujui atau menolak meningkatkan pagu anggaran pemerintahan Obama yang kini dilanda krisis.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Amerika Serikat Jack Lew memohon tindakan cepat kepada Kongres untuk menyetujui menaikkan batas pinjaman negara sebesar US$ 16,7 triliun.
Lew mengatakan, kegagalan untuk mencapai kesepakatan peningkatan batas pinjaman akan menjadi "bencana" bagi perekonomian AS.
Lew memperkirakan, pada 17 Oktober 2013, batas kemampuan pembayaran utang pemerintah telah habis dan hanya menyisakan US$ 30 miliar di kas negara.
- Posisi rupiah
Rupiah masih melemah. Kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan pasangan USD/IDR naik 0,7% ke 11.613. Begitu juga dengan pairing USD/IDR di pasar spot yang naik 1,08% ke 11.406 dari hari sebelumnya.
Ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih bilang, pergerakan rupiah sempat menguat pasca pengumuman penundaan pengurangan stimulus atau tapering The Fed. Tapi, penguatan hanya sementara. Rupiah berfluktuasi cenderung tertekan lantaran fundamental belum kuat. Masih banyak kebutuhan dalam negeri seperti pembayaran utang swasta, impor serta keperluan naik haji mengakibatkan rupiah melemah.
- Posisi IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah. Senin (30/9), IHSG jatuh 2,43% ke 4.316,18. Pelemahan IHSG seiring dengan pergerakan indeks MSCI Asia Pacific yang anjlok 1,5% ke 138,65.
Analis Indo Premier Securities, Muhammad Wafi mengatakan, minimnya sentimen dari domestik membuat faktor global mendominasi pergerakan IHSG. Pelaku pasar masih mengkhawatirkan pembahasan anggaran pendapatan dan belanja negara Amerika Serikat (AS) yang alot.
- Posisi Wall Street
Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa AS ditutup di zona negatif. Kondisi itu mengakibatkan indeks acuan Negeri Paman Sam ikut tertekan. Mengutip data yang dihimpun Bloomberg, pada pukul 16.00 waktu New York, indeks Standard & Poor's 500 turun 0,6% menjadi 1..681,55. Meski demikian, sepanjang kuartal dua, bursa AS naik 4,7%.
Sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,8% menjadi 15.129,67. Pada transaksi perdagangan semalam, ada 6,3 miliar saham yang berpindah tangan. Angka tersebut 8,7% di atas transaksi rata-rata tiga bulanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News