kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan emiten ritel mulai merangkak naik


Rabu, 26 Mei 2021 / 16:15 WIB
Penjualan emiten ritel mulai merangkak naik
ILUSTRASI. Konsumsi Dorong Pertumbuhan Ekonomi: Warga belanja di sebuah Supermarket di Depok, Jawa Barat. KONTAN/Baihaki


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlahan tapi pasti, kinerja keuangan sejumlah emiten ritel membaik. Penjualan emiten ritel di tahun ini mulai merangkak naik.

Sebut saja, PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) memang belum melaporkan kinerja keuangan kuartal I-2021. Namun, manajemen memperkirakan pendapatan kuartal pertama tahun ini tumbuh double digit.

"Pertumbuhannya ditaksir 13% secara tahunan," ujar Idrus Widjajakusuma, Corporate Secretary PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. 

Mengacu pada perkiraan ini, maka pendapatan CSAP kuartal I-2021 sekitar Rp 3,31 triliun.

Selain efek bertambahnya jumlah gerai, pertumbuhan tersebut tak lepas dari strategi CSAP untuk menyasar segmen private atau house brand untuk meningkatkan profitabilitas.

Strategi ini pula yang membuat CSAP mencatat pertumbuhan pendapatan 4,8% secara tahunan menjadi Rp 12,7 triliun sepanjang tahun lalu.

Baca Juga: Begini sejarah Giant, raksasa ritel yang akan tutup seluruh gerainya mulai Juli 2021

CSAP juga membukukan laba bersih Rp 90 miliar. Angka ini melesat 95,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 46 miliar.

Tren serupa juga terlihat di PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Danny Kojongian, Corporate Secretary PT Matahari Putra Prima Tbk  mengatakan, sepanjang bulan lalu, perusahaan yang menaungi gerai Hypermart, Primo, Foodmart, Hyfresh, Boston dan FMX ini mencatat penjualan Rp 721 miliar.

 

"Angka ini naik 28% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," ujarnya kepada Kontan.co.id belum lama ini. 

Kenaikan penjualan tersebut didorong oleh lima kategori utama, yakni, makanan terutama pada sektor fresh food, personal care, homecare dan pharmaceutical.

Persaingan berkurang

Sejalan dengan kenaikan tersebut, pencapaian yang baik juga terlihat pada peningkatan pangsa pasar atawa market share MPPA.

Menurut perhitungan Nielsen IQ Indonesian Retailer Performance Weekly yang membandingkan total penjualan MPPA terhadap 10 supermarket dan 3 hypermarket dalam 111 kategori produk groseri, market share MPPA mencapai 24,2%. Penguasaan pangsa pasar tersebut lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang masih sebesar 19%.

"Melihat pencapaian tersebut, manajemen optimistis mampu meraup pendapatan Rp 8 triliun di akhir tahun ini," tandas Danny. 

Target tersebut naik 19% dibanding realisasi pendapatan di tahun 2020 yang hanya Rp 6,75 triliun.

Baca Juga: Tidak ada gerai Giant lagi mulai akhir Juli

Tidak menutup kemungkinan, market share MPPA terus bertambah. Perusahaan berpotensi kelimpahan market share akibat tutupnya gerai Giant milik PT Hero Supermarket Tbk (HERO).

Hadr us Wahyu Trikusumo, Direktur PT Hero Supermarket Tbk menuturkan, pihaknya bakal mengubah lima gerai Giant di beberapa lokasi menjadi gerai IKEA. 

Kemudian, gerai Giant di seluruh Indonesia bakal ditutup seluruhnya pada akhir Juli mendatang.

"Kami juga tengah mempertimbangkan mengubah sejumlah gerai Giant menjadi Hero Supermarket," ujar Hadrianus dalam keterbukaan informasi, Selasa (25/5). 

Dia menambahkan  IKEA, Guardians, dan Hero Supermarket memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dibanding Giant. Ini alasan HERO mulai saat ini bakal fokus mengembangkan ketiga gerai tersebut.

Strategi itu diharapkan mampu memberikan dampak positif untuk kinerja keuangan dan operasional HERO ke depan. 

"Perubahan ini merupakan respon cepat dan tepat dalam menghadapi dinamika pasar," imbuh Hadrianus.

Di sisi lain, penutupan Giant menyisakan tiga pemain. Selain Hypermarket, pemain utama di segmen groceries seperti Superindo dan Transmart.

Kinerja HERO memang tidak dalam perfoma terbaik.  Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2021, HERO membukukan pendapatan senilai Rp 1,76 triliun atau turun 32,20%  dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 2,60 triliun.

Penurunan beban usaha menjadi Rp 514,89 miliar pada kuartal I-2021 dari sebelumnya Rp 774,48 miliar pada kuartal I-2020 pun membuat rugi periode berjalan HERO menipis.

Rugi periode berjalan tercatat  Rp 1,64 miliar pada kuartal pertama tahun ini, berkurang dibandingkan dengan rugi Rp 43,55 miliar pada kuartal I-2020.

Selanjutnya: Ini Rencana PT Hero Supermarket Tbk (HERO) Setelah Menutup Seluruh Giant Mulai Juli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×