Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Sektor alat berat menghadapi tekanan di awal tahun 2013. Ini terlihat dari kinerja dua emiten alat berat terbesar yaitu PT Intraco Penta Tbk (INTA) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) per kuartal I 2013.
INTA, misalnya, harus puas meraih pendapatan Rp 780,52 miliar. Artinya, pendapatan INTA melorot 13,35% dibandingkan kuartal I/2012 sebesar Rp 900,8 miliar. Ini tidak lepas dari menurunnya kontribusi penjualan alat berat.
Pada kuartal I/2013, INTA hanya mampu meraih pendapatan Rp 675,43 miliar dari segmen tersebut. Bandingkan dengan penjualan alat berat di periode sama 2012 yang mencapai Rp 796,65 miliar.
Reza Priyambada, analis Trust Securities menuturkan, menurunnya pendapatan INTA sudah sesuai estimasi sebelumnya. Maklum, sektor alat berat secara umum memang sedang tertekan permintaan terutama dari industri batubara.
Kendati demikian, INTA mampu menekan beban pokok pendapatan. Di kuartal I 2013, INTA hanya menanggung beban pokok pendapatan senilai Rp 599,36 miliar, turun 19,71% dari kuartal I tahun 2012 sebesar Rp 746,52 miliar.
Kondisi inilah yang membuat laba INTA masih bisa bertumbuh. Laba kotor INTA selama tiga bulan di 2013 tumbuh 17,43% menjadi Rp 181,17 miliar. Padahal kuartal I tahun sebelumnya Rp 154,28 miliar.
Pada akhirnya, INTA berhasil membukukan laba bersih Rp 41,39 miliar di kuartal I 2013, lebih tinggi 13,79% dari akhir Maret 2012 yang senilai Rp 36,38 miliar. "Efisiensi INTA berhasil sehingga mengkompensasi penurunan penjualan," papar Reza, Minggu (28/4).
Laba UNTR menciut
Nasib berbeda justru dialami oleh UNTR. Kinerja anak usaha Grup Astra cukup buruk. Tak hanya dari sisi pendapatan yang turun, laba perusahaan juga ikut tergerus.
Di kuartal I 2013, UNTR hanya mampu meraih pendapatan Rp 12,45 triliun atau turun 17% dari periode sama 2012 senilai Rp 15,03 triliun.
Penjualan alat berat merek Komatsu selama kuartal I hanya 1.272 unit. Angka ini lebih kecil 42% ketimbang kuartal I 2012 sebanyak 2.207 unit.
Imbasnya laba bersih UNTR yang ikut menurun 26% menjadi Rp 1,13 triliun dari Rp 1,53 triliun. Manajemen UNTR, tidak terlalu berharap banyak dengan kinerja keuangan di tahun ini.
Beberapa waktu lalu, Gidion Hasan, Wakil Direktur Utama UNTR, menyatakan hanya menargetkan penjualan alat berat 5.000 unit di 2013. Target ini lebih rendah 19,35% dibandingkan penjualan 2012 sebesar 6.202 unit.
Target yang lebih kecil ini disebabkan proyeksi industri batubara yang masih akan tertekan. "Setidaknya sampai Juni, kondisinya akan sama seperti sekarang," kata Gidion. UNTR juga memprediksi, kontribusi penyerapan alat berat ke sektor batubara kemungkinan hanya mencapai 45%-50%. Ini lebih rendah dari kontribusi saat-saat normal yang mencapai 60%-65%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News