Reporter: Sanny Ciclia, Dyah Ayu Kusumaningtyas |
JAKARTA. Setelah berlari sepanjang pekan lalu, para analis meramal, yen akan kehabisan nafas untuk menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS). "Secara teknikal, ada kemungkinan, yen melemah terhadap dollar AS di pekan ini," tutur Nanang Wahyudin, analis Harumdana Berjangka.
Mengutip data Bloomberg, mata uang samurai telah rally selama delapan hari berturut-turut. Akhir pekan lalu, pasangan USD/JPY berakhir di 81,68. Sehari sebelumnya, pairing USD/JPY sebesar 81,89.
Para analis menilai, konflik di kawasan Timur Tengah yang mulai mereda menguntungkan dollar AS. Selama di negara-negara penghasil minyak konflik pecah, pengelola dan pemilik dana menilai yen sebagai valuta safe haven.
Tapi, Nizar Hilmy, Analis Harumdana Berjangka mengingatkan, potensi pelemahan yen bisa tidak terwujud kalau konflik politik di Timur Tengah bergolak kembali.
Tapi, yen juga tak akan melambung tinggi. Selama ini, pasar valuta berekspektasi pemerintah Jepang akan campur tangan supaya pasangan USD/JPY tidak terjun bebas.
Dalam hitungan Nizar, Jepang akan menahan agar USD/JPY tidak lebih rendah daripada 80. "Penguatan yen yang terlalu kuat tidak baik bagi ekonomi Jepang yang berorientasi ekspor," kata dia. Pekan ini, Nizar, memperkirakan, pasangan USD/JPY akan bergerak di kisaran 81-85.
Nanang menambahkan, pasangan USD/JPY bisa saja bergulir jatuh ke 80,83. Namun, penguatan yen diperkirakan akan tertahan sampai level USD/JPY 81,60.
Peluang dollar AS
Prediksi pelemahan yen berjalan seiring dengan ekspektasi pasar terhadap penguatan dollar AS. Mengutip Bloomberg, the greenback berpeluang menguat di saat pelaku pasar memiliki harapan positif terhadap data non-farm payrolls di AS untuk Februari yang akan dirilis Jumat (4/3).
Sebanyak 59 ekonom responden Bloomberg meramalkan, lowongan kerja baru untuk sektor di luar pertanian AS akan naik 190.000. Peningkatan ini didorong faktor cuaca yang lebih baik serta gairah di industri manufaktur.
Namun, Iwan Cahyo, analis First State Futures menilai, penguatan dollar AS tidak akan terlalu besar selama konflik di Timur Tengah masih panas. "Yen, Swiss frank, atau emas lebih disukai karena risikonya dianggap lebih kecil dibanding dollar," kata dia.
Dollar AS juga masih tertekan data ekonomi yang kurang begitu baik. Angka pengangguran Februari diprediksi naik menjadi 9,1% dari 9%.
Iwan memperkirakan, penguatan yen akan lebih awet. "Meski berorientasi ekspor, Jepang banyak membangun pabrik di negara yang lepas dari risiko penguatan yen," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News