kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.254   -54,00   -0,33%
  • IDX 7.050   -15,92   -0,23%
  • KOMPAS100 1.054   -1,57   -0,15%
  • LQ45 828   -2,15   -0,26%
  • ISSI 214   -0,26   -0,12%
  • IDX30 424   -0,24   -0,06%
  • IDXHIDIV20 514   0,89   0,17%
  • IDX80 120   -0,29   -0,24%
  • IDXV30 125   1,08   0,87%
  • IDXQ30 142   0,33   0,24%

Penguatan ringgit tekan harga CPO


Minggu, 30 Juli 2017 / 18:53 WIB
Penguatan ringgit tekan harga CPO


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Menguatnya mata uang ringgit Malaysia ternyata berimbas negatif terhadap harga jual komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Setelah menyentuh level tertingginya sejak bulan April pada Kamis (27/7) kemarin di level RM 2.677 per metrik ton, CPO tak mampu mempertahankan penguatannya.

Mengutip Bursa Malaysia, pada penutupan perdagangan Jumat (27/7) harga minyak sawit mentah di Malaysia Derivative Exchange terkoreksi 0,9% ke level RM 2.653 per metrik ton. Namun jika dibandingkan sepekan sebelumnya harganya masih jauh lebih baik dan mengalami peningkatan 3,11%.

Faisyal, analis PT Monex Investindo Futures melihat salah satu penyebab koreksi pada harga minyak sawit mentah adalah jatuhnya dollar AS beberapa hari belakangan rupanya juga menguatkan posisi ringgit. Itu membuat CPO yang diperdagangkan dengan mata uang ringgit menjadi lebih mahal dari sebelumnya.

“Selama sebulan ini, ringgit sudah mengalami penguatan sekitar 0,3%. Ini yang membebani harga minyak sawit," ujar Faisyal kepada Kontan akhir pekan ini.

Lanjut Faisyal, selain ringgit, pelemahan CPO juga disebabkan karena melemahnya harga minyak kedelai. Harga minyak kedelai sebagai produk substitusi yang lebih murah membuat konsumen beralih memburu minyak kedelai.

"Ini memperkuat aksi profit taking di akhir pekan," timpalnya.

Ia memperkirakan, setelah ini, CPO berpotensi akan mengalami pelemahan. Belum kembalinya permintaan seperti saat Ramadan membuat harga berada di bawah tekanan. Apalagi Perancis kini mulai membahas Undang-undang pembatasan minyak sawit.

Sampai akhir kuartal III, CPO masih berada di bawah tekanan. Dia juga menambahkan, meski kini banjir dan kebakaran hutan tengah melanda area perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia, namun hal tersebut masih berpengaruh untuk mengangkat harga. Menurutnya, pasar lebih fokus pada penguatan ringgit dan turunnya harga minyak kedelai. Ia menebak sampai akhir September harga CPO akan bergerak di rentang RM 2.450 - RM 2.700 per metrik ton.

Untuk Senin (31/7) diperkirakan harga CPO akan bergerak pada kisaran RM 2.630 – RM 2.680 per metrik ton. Sedangkan sepekan berikutnya akan berada direntang RM 2.540 - RM 2.700 per metrik ton.

Secara teknikal, Faisyal mengatakan harga CPO berada di antara garis moving average (MA) 100 dan MA 200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) di level 29. Keduanya mengindikasikan penguatan. Sedangkan peluang pelemahan diperlihatkan dari posisi indikator relative strenght index (RSI) di level 68,96 dan stochatic di level 85,60.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×