Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga nikel kembali melambung setelah mencatat level terendah dalam lima pekan. Peluang kenaikan harga nikel masih terbuka sebelum pengumuman suku bunga The Fed.
Mengutip Bloomberg, Senin (13/3) pukul 10.41 waktu Shanghai, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 2% ke level US$ 10.090 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Harga nikel menanjak setelah tergerus dalam tiga hari beruntun dan menyentuh level terendah sejak 30 Januari di US$ 9.895 pada akhir pekan lalu.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, harga nikel memang sempat tertekan oleh penguatan dollar AS lantaran prospek kenaikan suku bunga The Fed. Apalagi data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang dirilis akhir pekan lalu menambah keyakinan pasar akan naiknya suku bunga.
Sentimen negatif juga datang dari kemungkinan Indonesia mencabut larang ekspor bijih nikel. Kebijakan ini memicu kekhawatiran kenaikan pasokan nikel global.
Namun mendekati pengumuman suku bunga The Fed, dollar AS justru dilanda aksi profit taking sehingga memberi keuntungan bagi nikel. Di saat yang sama, nikel menanti data produksi sektor industri China bulan Februari dengan proyeksi naik ke level 6,2% dari sebelumnya 6% serta Fixed Asset Investment dengan prediksi membaik ke level 8,2% dari sebelumnya 8,1%.
"Ekspektasi membaiknya data China serta aksi wait and see menjelang pengumuman The Fed akan membuat nikel menguat terlebih dahulu," kata Ibrahim.
Setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga, Ibrahim memprediksi nikel akan kembali melemah. Meski demikian, koreksi hanya akan terjadi dalam jangka pendek yakni hingga akhir bulan Maret.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News