Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana campuran sejauh ini belum berhasil mencatatkan kinerja yang optimal. Salah satu indikasinya terlihat dari kinerja rata-rata reksadana campuran yang tercermin pada Infovesta 90 Balanced Fund Index hanya tumbuh 0,85% pada enam bulan pertama di tahun ini.
Bahkan, menjalani paruh kedua tahun ini, reksadana campuran menghadapi tekanan yang lebih berat. Pasalnya, kini baik pasar saham maupun pasar obligasi, sama-sama tengah menghadapi tekanan akibat pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan berbagai bank sentral hingga kekhawatiran akan terjadinya resesi.
Kendati begitu, beberapa reksadana campuran berhasil mencatatkan kinerja yang lebih baik dari indeks tersebut. Misalnya saja STAR Balanced II, produk reksadana campuran milik STAR Asset Management ini berhasil tumbuh 8,33% pada semester pertama 2022 ini.
Baca Juga: Punya Porsi Saham Besar, Kunci Kinerja Reksadana Campuran Panin AM Cemerlang
Chief Investment Officer STAR Susanto Chandra mengaku pihaknya tidak menetapkan strategi khusus untuk produk STAR Balanced II sejauh ini. Pengelolaan yang dilakukan untuk reksadana campuran ini cenderung melakukan alokasi dinamis terhadap porsi aset yang ada agar mencapai imbal hasil yang optimal
Adapun, merujuk laporan Fund Fact Sheet STAR Balanced II per Mei 2022, alokasi terbesar portofolio berada di saham dengan porsi 79,65%. Sementara untuk obligasi dan deposito masing-masing sebesar 10,43% dan 7,54%, Lalu sisanya ditempatkan di kas.
Berikut efek terbesar yang ada di STAR Balanced II per 31 Mei 2022 meliputi deposito Bank Syariah Bukopin, Obligasi Oki Pulp & Paper Mills, saham LIFE, BSIM, DUTI, IBST, MDLN, APIC, dan PFYA.
Baca Juga: Kocok Ulang Portofolio Investasi, Ini Sektor Saham yang Bisa Dilirik
Namun, memasuki paruh kedua tahun ini, dia melihat kinerja reksadana campuran secara umum akan jauh lebih penuh tantangan. Ia meyakini kinerja reksadana campuran akan cenderung lebih mengikuti pergerakan pasar saham untuk sisa tahun ini.
“Seiring dengan laju inflasi yang mulai relatif meningkat, kami melihat kondisi pasar akan cenderung lebih fluktuatif dibanding semester satu kemarin,” katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (6/7)
Oleh karena itu, dengan pasar yang lebih dinamis, Susanto mengaku pihaknya akan tetap menerapkan strategi alokasi yang lebih dinamis. Tak lupa untuk jeli melihat peluang dan memanfaatkan momentum agar kinerja Star Balance II dapat lebih optimal ke depannya
Untuk target imbal hasil pada akhir tahun nanti, STAR AM tidak mematok angka khusus. Namun, Susanto meyakini kinerjanya akan cenderung lebih mengikuti pergerakan pasar saham di semester kedua 2022 nantinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
