Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal bulan ini, pasar reksadana syariah ramai dengan peluncuran produk baru. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), empat produk yang baru meluncur tersebut adalah Reksadana Syariah Minna Padi Amanah Saham Syariah, Reksadana Syariah Terproteksi HPAM Smart Syariah Protected II, Reksadana Syariah Terproteksi PNM Investa 19, dan Reksadana Syariah Bumiputera Mitra Kas Fadhila.
Sedangkan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, hingga 26 Oktober 2018, produk reksadana saham syariah tambah 14 produk baru. Menyusul, reksadana pendapatan tetap syariah tambah 8 produk baru.
Selanjutnya, reksadana pasar uang syariah juga tambah enam produk baru. Sementara, reksadana campuran syariah hanya tambah satu produk baru. Jenis reksadana syariah yang juga ramai dikeluarkan para manajer investasi adalah reksadana syariah terproteksi yang tambah enam produk baru.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan, para menajer investasi (MI) meluncurkan reksadana pasar uang syariah saat ini karena ingin memanfaatkan tren kenaikan suku bunga. Bagaimana pun instrumen investasi syariah dibutuhkan oleh institusi syariah menempatkan dananya.
Begitu pun dengan MI yang melucurkan reksadana terproteksi, Wawan memperkirakan karena mereka memanfaatkan imbal hasil surat utang domestik yang saat ini sudah sangat menarik di atas 8% untuk tenor acuan 10 tahun. Dengan begitu, imbal hasil sukuk pemerintah atau korporasi bisa lebih tinggi sekitar 9%-10%.
Sedangkan, bagi MI yang meluncurkan reksadana saham di tengah kondisi pasar modal yang masih negatiff, Wawan mengira para MI sedang memanfaatkan harga saham yang kini murah.
Berburu saham murah
Senada, Manajer Investasi Minna Padi Aset Manajemen, Fadli mengatakan, alasan Minna Padi AM meluncurkan reksadana saham syariah saat ini karena dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang negatif berarti harga saham emiten sedang terkoreksi dan membuka peluang untuk mengoleksi emiten dengan fundamental bagus di harga diskon.
Saat ini belum banyak MI yang meluncurkan reksadana syariah dan hal ini terlihat dari jumlah reksadana syariah yang masih jauh tertinggal dari reksadana konvensional.
Menurut Fadli, belum banyaknya MI yang masuk ke reksadana syariah maka hal ini bisa menjadi peluang untuk mengambil pasar keuangan syariah. Tak heran meski pertumbuhan reksadana syariah lambat, tetapi pertumbuhan tersebut masih konsisten terjadi.
Menurut Fadli, prospek industri reksadana syariah besar karena 87% penduduk Indonesia menganut kepercayaan Muslim. Tetapi, yang masih menjadi kendala adalah edukasi kepada masyarakat tentang keuangan syariah dan pasar modal syariah itu sendiri.
Tak dipungkiri, secara umum masyarakat masih memandang pasar modal sebagai aktivitas judi. "Padahal dalam prinsip syariah muamalah, dalam berbisnis itu semua boleh kecuali ada dalil yang melarangnya," kata Fadli.
Wawan memproyeksikan secara rata-rata kinerja reksadana saham syariah di tahun depan sekitar 8%-9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News