kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pendatang Baru IPO Januari Kompak Mencetak Untung, Ini Kata Analis


Rabu, 02 Februari 2022 / 08:28 WIB
Pendatang Baru IPO Januari Kompak Mencetak Untung, Ini Kata Analis
ILUSTRASI. Investor mengamati pergerakan saham di Jakarta/pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/29/11/2021.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lima emiten yang menggelar initial public offering (IPO) selama Januari 2022 lalu semuanya mencetak untung dibanding harga perdananya. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang menjadi jawaranya. 

ADMR yang listing pada 3 Januari 2022 mencatatkan kenaikan 1.170% pada 31 Januari 2022. ADMR ditutup di akhir Januari di Rp 1.270 per saham. 

Andhika Cipta Labora, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera menilai, ADMR memiliki model bisnis dan prospek yang cukup menarik karena melalui anak usahanya menjadi satu-satunya perusahaan di Indonesia yang memproduksi batu bara metalurgi untuk digunakan oleh industri baja. 

ADMR juga diuntungkan dengan nama besar PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebagai induk usahanya. 

Di tahun 2021, ADMR mencatatkan performa cukup signifikan yaitu berhasil mencatatkan net profit, setelah pada tahun 2018-2020 selalu mencatatkan net loss. Hal ini dipengaruhi juga oleh kenaikan harga batu bara global. 

Namun demikian, kenaikan harga ADMR sudah tinggi, sekitar 1.110% sejak IPO di harga 100. "Ada baiknya para pelaku pasar yang ingin masuk ke ADMR menunggu ketika terjadi koreksi," kata Andhika, Selasa (1/2).

Saham IPO berikutnya dengan kenaikan terbesar adalah PT Net Visi Media Tbk (NETV) yang IPO pada 26 Januari 2022. Di akhir Januari, harganya naik 162,76% menjadi Rp 515 per saham dari harga IPO Rp 196 per saham. 

NETV sendiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang media. Dilihat dari prospektusnya, 53% dana yang didapat dari hasil IPO digunakan untuk membayar sebagian pokok pinjaman kepada PT CIMB Niaga Tbk sebesar Rp 35,7 miliar dana PT Bank Artha Graha International TBK senilai Rp 9,29 Miliar. "Laporan keuangan pun sejak tahun 2018, masih mencatatkan rugi bersih. Sehingga menurut kami para pelaku pasar lebih baik wait and see untuk NETV sampai ada perbaikan dari sisi fundamental," kata Adhika. 

Saham IPO lainnya yang mencetak kenaikan adalah PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) yaitu sebesar 26,67% sejak IPO 10 Januari 2022. Harga SEMA per akhir Januari di Rp 228 dibanding harga IPO Rp 180 per saham. 

Andhika melihat, SEMA adalah produsen panel listrik, perakitan baterai listrik, dan infrastruktur energi baru terbarukan (EBT) ini. "Dengan samakin berkembangnya industri kendaraan listrik, SEMA menarik untuk jangka panjang," kata dia. 

Saham IPO lainnya yang mencetak kenakan adalah PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (BAUT) dengan kenaikan 82% menjadi Rp 182 per saham dari harga IPO pada 28 Januari 2022 di Rp 100. Selain itu, PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) juga mencatat kenaikan 12,5% menjadi Rp 288, dari harga IPO Rp 256 per saham. 

Andhika menilai, minat investor terhadap saham-saham IPO masih akan tinggi ke depan. Apalagi akhir2 ini perusahaan yg baru IPO mengalami kenaikan harga yang signifikan. "Namun para pelaku pasar sebelum membeli saham IPO harus teliti membaca prospektus perusahaan, supaya mengetahui dana hasil dari IPO digunakan untuk apa karena berpengaruh untuk prospek emiten ke depannya," kata dia. 

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pertengahan Januari 2022 menyebutkan, ada 30 perusahaan dalam pipeline yang memproses rencana IPO. Mayoritas berasal dari perusahaan berskala menengah dan besar.

Rincian saham rencana IPO ini, sebanyak 4 perusahaan merupakan perusahaan dengan aset skala kecil (di bawah Rp 50 miliar), lalu 14 perusahaan dari aset skala menengah (Rp 50 miliar - Rp 250 miliar). Sebanyak 12 lainnya dari perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar).

Rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 4 Perusahaan dari sektor Industrials;
• 4 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;
• 9 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;
• 4 Perusahaan dari sektor Technology;
• 1 Perusahaan dari sektor Healthcare;
• 2 Perusahaan dari sektor Energy;
• 1 Perusahaan dari sektor Financials;
• 3 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate;
• 2 Perusahaan dari sektor Infrastructures.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×