Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mencatatkan kinerja kuartalan yang kurang memuaskan. Kuartal I-2016 ini pendapatan, laba kotor, dan laba bersih tahunan BSDE masing-masing turun 32%, 35%, dan 64%.
Rinciannya, pendapatan BSDE kuartal I-2016 sebesar Rp 1,1 triliun, laba kotor Rp 457,6 miliar, dan laba bersih Rp 258,7 miliar. Sementara, marketing sales tahunan perseroan juga turun 46% menjadi Rp 1,2 triliun.
Analis KDB Daewoo Securities Franky bilang, pendapatan kuartalan BSDE kali ini merupakan pencapaian terendah sejak 2014. Rendahnya pencapaian ini merupakan efek kebijakan manajemen perseroan. BSDE memberlakukan pembayaran tunai bertahap menjadi empat tahun. Padahal, selama ini jangka waktu paling lama dua tahun.
"Ini dilakukan demi menarik minat beli dari para konsumen," ujar Franky kepada KONTAN, (2/6).
Sementara, penurunan marketing sales akibat rendahnya peluncuran proyek baru. Sepanjang kuartal I, BSDE hanya meluncurkan tiga klaster perumahan, satu apartemen dan satu landed house di kawasan BSD City, Serpong. Sayang, minat beli atas proyek-proyek tersebut juga masih rendah.
Ini terlihat dari rasio hasil penjualan (take-up rate) proyek BSDE yang sebesar 80%. Dengan kata lain, hanya sekitar 80% unit yang terjual dari seluruhnya. Bandingkan dengan proyek SMRA di Bandung yang mencatat take-up rate 100%. Dalam jangka pendek, BSDE akan mengandalkan proyek Jagir Surabaya yang diharapkan memberikan marketing sales Rp 256,1 miliar.
Analis Ciptadana Securities Maula Adini Putri dalam riset 2 Mei 2016 menjelaskan, pemicu penurunan performa BSDE adalah merosotnya marketing sales. Lihat saja, marketing sales atas land plot dan perumahan BSDE anjlok 55% menjadi Rp 913,9 miliar.
Padahal, kuartal I tahun lalu BSDE meraup Rp 2 triliun melalui dua portofolio bisnis ini. "Permintaan properti belum sepenuhnya pulih," tulis Maula.
Wajar jika BSDE lebih konservatif berpromosi melalui iklan. Ini terlihat dari penurunan beban iklan sebesar 1,5% menjadi Rp 47,8 miliar. Ada lini bisnis BSDE yang perlu mendapat perhatian. "Dua investasi properti BSDE cukup memberikan support bagi recurring income," ujar analis Sinarmas Sekuritas James Wahyudi dalam risetnya kemarin (2/5).
Catatan saja, BSDE memiliki dua properti yang menjadi andalan pendapatan berulang emiten ini, yakni Green Office Park dan Court Megastore BSD City. Berkat kedua proyek tersebut, rental income BSDE naik 28% yoy menjadi Rp 199,62 miliar. Sehingga, porsi recurring income kuartal I-2016 mencapai 28%.
Bandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang masih berada pada level 16%. Soal tax amnesty juga bisa sangat mempengaruhi. "Andai kebijakan ini diberlakukan, ada kemungkinan booming properti. BSDE menjadi yang paling siap karena land bank yang besar," tutur James.
Ia merekomendasikan buy dengan target Rp 2.200 per saham. Franky menyarankan hold di Rp 1.990. Sementara, Maula merekomendasikan buy dengan target Rp 2.000. Kemarin (3/5), harga BSDE Rp 1.765, turun 0,28%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News