Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) diprediksi masih akan positif di tahun 2023. Hal itu tercermin dari pendapatan bersih BMRI yang naik di kuartal I 2023. BMRI mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 19,4% QoQ ke Rp 12,6 triliun di kuartal I 2023.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kenaikan pendapatan BMRI sesuai dengan ekspektasi.
Pendapatan BMRI masih tumbuh 15,02% di kuartal I 2023, meskipun secara kuartalan mengalami penurunan dari sebelumnya Rp 30,83 triliun menjadi Rp 29,49 triliun.
Baca Juga: Pendapatan Naik di Kuartal I-2023, Simak Prediksi Kinerja BMRI Sepanjang Tahun
Namun, laba bersih justru mengalami kenaikan secara kuartalan, dari sebelumnya Rp 10,52 triliun menjadi Rp 12,56 triliun. Sementara, laba bersih secara YoY naik 25,21%.
“Hal tersebut tentu saja memberikan sebuah gambaran bahwa kinerja BMRI berada di posisi yang baik di kuartal I 2023 ini,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (27/4).
Menurut Nico, pertumbuhan kredit masih menjadi salah satu penopang positif kinerja dari BMRI. Dengan segmented customer yang dimiliki, kinerja BMRI tentu dilihat dari loyalitas nasabah mereka.
Tidak hanya itu, di era digitalitasi, BMRI juga terus melakukan pengembangan agar penetrasi teknologi semakin cepat dan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Baca Juga: Catat Pertumbuhan di Kuartal I, Begini Prediksi Kinerja BMRI di Tahun 2023
“Kemudahan dalam memberikan akses layanan digital inilah yang membuat transaksi perbankan juga mengalami kenaikan yang mendorong meningkatnya aktivitas transaksi BMRI di kuartal I 2023,” tuturnya.
Nico pun merekomendasikan Buy untuk BMRI dengan target harga Rp 6.150 per saham di tahun 2023.
Sentimen penggerak kinerja BMRI di tahun 2023 adalah pemulihan ekonomi, meningkatnya aktivitas perbankan, dan adanya peningkatan daya beli serta konsumsi yang akan menjaga pertumbuhan kredit dan peningkatan margin.
“Risiko untuk BMRI akan datang dari penurunan kinerja asset, pelambatan pertumbuhan kredit, dan penurunan net interest margin (NIM),” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News