Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pada separuh pertama tahun ini, emiten consumer goods membukukan pendapatan yang terdorong akibat Idul Fitri. Salah satunya PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang membukukan kenaikan penjualan 23,11% menjadi Rp 9,27 triliun, dibandingkan periode sama tahun lalu, sekitar Rp 7,53 triliun.
Jennifer Natalia Widjaja, analis Ciptadana Securities, mencatat, laba bersih MYOR semester pertama menurun 0,4% menjadi Rp 591,99 miliar dari Rp 593,96 miliar. "Laba bersih MYOR ini hanya 44% dari estimasi laba sepanjang 2016, terutama karena kerugian kurs akibat penguatan rupiah," ungkap Jennifer dalam riset pada Senin (1/8).
Ia menambahkan, jika menghapus kerugian kurs mata uang, laba bersih MYOR akan naik 52% secara tahunan. Ini didukung oleh kuatnya pertumbuhan pendapatan.
Menurut Jennifer, pendapatan perseroan sepanjang semester pertama lalu mencapai 56% dari estimasi pendapatan tahunan. Pasar domestik menopang pendapatan produsen biskuit ini sepanjang enam bulan pertama. Penjualan domestik melonjak 34% ke Rp 5,34 triliun jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, sekitar Rp 3,99 triliun.
Porsi penjualan domestik ini mencapai 57,54% dari total pendapatan, naik dari 52,92% pada semester pertama tahun lalu. Peningkatan pendapatan domestik ini sejalan dengan meningkatnya kepercayaan dan pola konsumtif konsumen, "Yang meningkat akibat adanya Idul Fitri," katanya.
Sebelumnya, manajemen MYOR merevisi target pertumbuhan pendapatan tahun ini dari 13%-15% menjadi 11%. Dengan pendapatan Rp 14,82 triliun tahun lalu, artinya pendapatan MYOR akan mencapai Rp 16,45 triliun tahun ini.
MYOR tak berencana mengerek harga jual produk sepanjang tahun ini, tapi berniat memperluas pangsa pasar. Ciptadana menurunkan target pendapatan MYOR tahun ini menjadi Rp 16,49 triliun dengan laba bersih Rp 1,20 triliun. Target laba ini lebih kecil ketimbang realisasi laba tahun lalu Rp 1,22 triliun.
Analis Minna Padi Investama Frederik Rasali mengatakan, persentase beban pokok penjualan terhadap pendapatan MYOR naik dari 71,48% menjadi 72,74%. Pendapatan juga menurun dari Rp 4,6 triliun di kuartal I menjadi Rp 4,5 triliun di kuartal II.
Penurunan penjualan kuartalan ini terseret oleh penurunan penjualan ekspor yang mencapai 14%. Margin laba bersih juga melorot dari 7% menjadi 6,1%. "EPS kurang lebih tetap di sekitar Rp 661 dari Rp 664 secara year on year," kata Frederik. Alhasil, Frederik merekomendasikan hold terhadap saham MYOR.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan, pasar domestik memang masih menjadi penyumbang pendapatan terbesar MYOR. Penjualan domestik akan semakin tumbuh seiring pertumbuhan tingkat perekonomian Indonesia.
"Namun penguatan nilai tukar rupiah akan menekan pertumbuhan ekspor," kata Wiliam. Wiliam merekomendasikan buy saham Mayora dengan harga pasca stock split di Rp 2.100 per saham di akhir tahun.
"Biasanya saham sector consumer mencetak pertumbuhan tseiap tahun," kata Wiliam. Jennifer merekomendasikan hold atas saham MYOR dengan target harga sebelum stock split Rp 42.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News