Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) membukukan pendapatan Rp 6,18 triliun dengan EBITDA Rp 5,43 triliun sepanjang 2021. Perolehan pendapatan TBIG naik 15,99% dibanding realisasi pendapatan 2020 yang sebesar Rp 5,33 triliun.
Sejalan dengan itu, laba bersih tahun berjalan TBIG meningkat 50,14% menjadi Rp 1,6 triliun. Pada tahun 2020, perolehan laba bersih TBIG baru mencapai Rp 1,06 triliun.
Direktur Utama TBIG Hardi Wijaya Liong mengatakan, tahun 2021 merupakan tahun dengan rekor pertumbuhan. Pada tahun lalu, TBIG juga mencatatkan pertumbuhan organik yang kuat serta akuisisi portofolio menara.
"Pada tahun 2021, kami menambahkan 7.633 penyewaan kotor yang terdiri dari 4.348 sites telekomunikasi dan 3.285 kolokasi
ke portofolio kami," kata Hardi dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/3).
Baca Juga: Dihadapkan Sejumlah Tantangan, Begini Rekomendasi Saham Tower Bersama (TBIG)
Per 31 Desember 2021, TBIG memiliki 39.088 penyewaan dan 20.578 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik perusahaan terdiri dari 20.466 menara telekomunikasi dan 112 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 38.976, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perusahaan menjadi 1,90x.
Per 31 Desember 2021, total pinjaman (debt) TBIG, jika pinjaman dalam mata uang dollar Amerika Serikat (AS) yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp 27,97 triliun. Sementara itu, total pinjaman senior (gross
senior debt) sebesar Rp 5,39 triliun.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp 629 miliar, maka total pinjaman bersih ( net debt) menjadi Rp 27,34 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perusahaan menjadi Rp 4,76 triliun.
Baca Juga: TBIG Membangun Cuan dari Merger Operator Telekomunikasi
Menggunakan EBITDA triwulan keempat 2021 yang disetahunkan (Rp 5,76 triliun), maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 0,8 kali. Kemudian, rasio total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,7 kali.
Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan, perusahaan memiliki struktur utang yang konservatif. Hal itu terlihat dari sumber pendanaan yang terlindung nilai sepenuhnya, sumber pendanaan yang terdiversifikasi, dan komitmen atas ketersediaan dari pinjaman yang belum ditarik.
Pada akhir Oktober 2021, TBIG menetapkan penawaran surat utang dengan tenor 5,5 tahun dan jumlah keseluruhan sebesar US$ 400 juta dengan tingkat suku bunga 2,80%. Surat utang tersebut memiliki spread paling minimal dibandingkan obligasi korporasi non-BUMN Indonesia.
"Selain itu, kami juga terus secara reguler mengakses pasar Obligasi Rupiah melalui program Obligasi Rupiah Berkelanjutan V yang berlaku sampai Agustus 2023,” tutur Helmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News