Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) diperkirakan dapat memperpanjang penurunan dari level tertinggi dua tahun. Hal tersebut disebabkan oleh pulihnya produksi global yang lebih cepat dari perkiraan.
Mengutip Bloomberg, Kamis (19/5) pukul 17.00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Agustus 2016 di Malaysia Derivative Exchange tergerus 1,6% ke level RM 2.519 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya.
Dorab Mistry, Direktur Godrej International Ltd menyatakan, harga CPO bisa meluncur kembali ke RM 2.500 per metrik ton dengan pemulihan output cukup kuat di bulan Juli mendatang sehingga membuat pasokan terus meningkat. Mistry memperkirakan pergerakan harga CPO akan berada di kisaran RM 2.600 - RM 2.800 per metrik ton dari saat ini hingga bulan Juli.
Harga CPO yang banyak digunakan sebagai bahan pembuat kue hingga kosmetik dan biofuel menanjak hingga RM 2.793 per metrik ton pada bulan Maret lalu, atau level tertinggi sejak 2014. Kenaikan harga ditopang oleh adanya badai El Nino yang mengganggu produksi kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia sebagai produsen terbesar.
"Minyak sawit harus kompetitif untuk mendapatkan kembali pangsa pasar yang hilang," ujar Mistry, seperti dikutip Bloomberg.
"Dari bulan Juni, ketika kami menyaksikan proses pemulihan produksi yang kuat dan cadangan akan meningkat, harga CPO bisa tergelincir lebih lanjut ke RM 2.500 per metrik ton, tetapi saya tidak melihat ada pelemahan lebih lanjut. Kenaikan harga minyak kedelai akan mendukung harga sawit," imbuhnya.
Prediksi Mistry, produksi CPO Malaysia akan turun menjadi sekitar 18,4 - 18,8 juta ton tahun ini. Sebelumnya, ia memperkirakan produksi Malaysia tahun ini sekitar 19 juta ton dengan kekurangan produksi global mencapai 3 juta ton.
Kini, Mistry melihat pemulihan produksi dapat menurunkan kekurangan global menjadi 2,5 juta ton, yakni 1,5 juta di Malaysia dan 1 juta di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News