kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah Singapura beli 84 juta saham MTEL, bagaimana nasib harganya hari ini?


Senin, 29 November 2021 / 09:52 WIB
Pemerintah Singapura beli 84 juta saham MTEL, bagaimana nasib harganya hari ini?
ILUSTRASI. Pemerintah Singapura beli 84 juta saham MTEL, bagaimana nasih harganya hari ini?


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham MTEL pada perdagangan hari ini masih melemah. Padahal, saham MTEL baru saja diborong oleh investor asing.

MTEL adalah kode saham dari Mitratel atau PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. Harga saham MTEL pada pembukaan pasar hari ini, Senin 29 November 2021 berada di zona merah.

Diberitakan Kontan, Pemerintah Singapura kembali menambah pemilikan saham MTEL. Sebelumnya, Pemerintah Singapura telah mendekap saham MTEL melalui GIC Private Limited dan The Northern Trust Company. 

Pemerintah Singapura tampaknya memanfaatkan penurunan harga saham MTEL untuk menambah kepemilikan saham. Namun, meski diborong Singapura, harga saham MTEL masih susah naik.

Baca Juga: Pemerintah Singapura Tambah 84 Juta Saham Mitratel (MTEL) via GIC dan Northern Trust

Harga saham MTEL pada perdagangan Senin (29/11) dibuka di level 765, turun 5 poin dari penutupan sehari sebelumnya. Harga saham MTEL pun susah mendaki, bahkan turun ke level 760 pada pukul 09.30 WIB.

Harga saham MTEL ini masih jauh dari saat harga IPO yang mencapai Rp 800 per saham. Lalu, bagaimana nasib harga MTEL ke depan?

Sebelumnya, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, penurunan MTEL terjadi karena harga intial public offering (IPO) yang sebesar Rp 800 per saham dianggap lebih tinggi dibanding harga rata-rata industri. Penilaian ini dilihat dari price earning ratio (PER) dan rasio EV/EBITDA berdasarkan kinerja keuangan terakhir yang disetahunkan.

"Harga yang ditawarkan MTEL berada di atas rata-rata industrinya yang artinya tergolong mahal," kata Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (23/11).

Hitungannya, EV/EBITDA Mitratel berada di kisaran 15,6 kali-19, 9 kali, sedangkan rata-rata EV/EBITDA industri menara telekomunikasi sebesar 14 kali.

Selain itu, penurunan ini terjadi karena sikap wait and see pelaku pasar. Dengan kata lain, investor masih belum optimis terhadap prospek perusahaan ke depannya. "Jadi harganya butuh turun dulu agar bisa dilirik oleh investor," ucap Sukarno.

Sejauh ini, dia menyarankan pelaku pasar untuk wait and see terlebih dahulu. Investor bisa masuk ke saham ini ketika broker-broker sudah mulai akumulasi beli besar-besaran atau tunggu kejelasan arah tren pergerakannya.

Sementara itu, emiten berkode saham MTEL ini akan meningkatkan aset menaranya baik melalui ekspansi organik maupun anorganik.

Untuk ekspansi organik, MTEL berencana membangun 3.000 menara baru dalam jangka waktu empat tahun ke depan. Lokasi pembangunannya akan bergantung dengan kebutuhan operator seluler.

Meskipun begitu, MTEL juga tidak bisa sembarangan memenuhi permintaan pembangunan menara. Direktur Investasi MTEL Hendra Purnama mengatakan, MTEL hanya akan memenuhi permintaan untuk membangun menara baru jika operator yang bersangkutan menjadi anchor tenant di menara tersebut.

Untuk ekspansi anorganik, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) ini berencana mengakuisisi 6.000 menara dalam dua sampai tiga tahun ke depan. "Kami harapkan akuisisi menaranya bisa dari Telkomsel dan tower operator lain," ungkap Hendra kepada Kontan.co.id, Jumat (26/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×