Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah akan merilis obligasi negara ritel (ORI) seri 013. Jika tak ada halangan, instrumen investasi tersebut akan terbit pada 26 Oktober 2016.
"Namun jadwal masih tentatif, nanti akan ada pengumuman resmi kalau jadwalnya sudah ditetapkan," ujar Novi Puspita Wardani, Kepala Subdirektorat Pengelolaan Portofolio Surat Utang Negara Kementerian Keuangan, Senin (29/8).
Penentuan tanggal penerbitan ORI013 dilakukan berdekatan dengan masa jatuh tempo ORI 010 pada 15 Oktober 2016. "Sehingga terdapat kesempatan apabila ada investor yang ingin roll over," tutur Novi.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting menambahkan, masa penawaran bagi 0RI013 akan berlangsung dari 29 September hingga 20 Oktober 2016.
"Untuk agen penjual ORI013 akan sama dengan agen penjual SBR002 yang telah diterbitkan pemerintah beberapa waktu lalu," katanya.
Gain di pasar sekunder Membaiknya kondisi ekonomi Indonesia bakal mempengaruhi kupon ORI013.
Analis PT Capital Asset Management Desmon Silitonga memproyeksikan, kupon ORI013 ada di kisaran 7%-7,5%. Asumsi tersebut mempertimbangkan tenor selama tiga tahun.
"Yield SUN tenor tiga tahun saat ini berada di level 6,6%. Apabila mengacu pada kondisi pasar maka kupon ORI akan berkisar antara 7%-7,5%," jelas Desmon.
Namun, kupon ORI berpotensi lebih tinggi bila suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) alias fed rate naik di September 2016. Tapi yang jelas, kupon tersebut bakal tetap berada di bawah kupon ORI012 yang terbit pada tahun 2015 lalu sebesar 9%.
Artinya ORI teranyar ini bisa memberi kupon sekitar 8%. Kendati lebih kecil, kupon tersebut cukup menarik. Dengan 8%, investor menikmati kupon bersih 7,85% setelah dipotong pajak 15%.
"Apalagi di pasar sekunder, investor bisa mendapatkan gain karena secara historis harga ORI menguat," tegas Desmon.
Ia memperkirakan, pemerintah bisa mendapatkan permintaan antara Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun. Penjaringan dana ini akan dimaksimalkan, karena pemerintah membutuhkan dana untuk menambal defisit APBN.
Di sisi lain, Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memperkirakan, kupon ORI hanya lebih tinggi dari imbalan sukuk tabungan seri ST-001 yang dipatok 6,9%. Besaran ini masih menarik, lantaran adanya ruang penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI).
"Suku bunga akan turun seiring tekanan inflasi yang rendah tahun ini," tegasnya.
Handy optimistis ancaman kenaikan fed rate tidak akan mengurangi minat investor membeli ORI. Soalnya instrumen ini ditujukan bagi investor ritel. Selain itu, ORI juga memiliki premium risk yang menarik.
Jumlah obligasi ritel yang jatuh tempo tergolong besar, sehingga investor akan kembali masuk ke ORI untuk menempatkan dana mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News