Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah gencar menggenjot penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) melalui private placement sejak kuartal III 2018. Hal ini dilakukan untuk mengejar target penerbitan SBN yang mencapai Rp 181 triliun selama kurun waktu Juli-September.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, di Juli 2018 pemerintah melakukan empat kali private placement yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) seri FR0062. Selanjutnya pemerintah melelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) seri PBS018 sebanyak dua kali dan seri PBS004.
Kegiatan private placement makin gencar terlihat di Agustus 2018. Bulan lalu, pemerintah menggelar private placement sebanyak tujuh kali yang terdiri atas 9 seri.
Secara kumulatif jumlah penerbitan SBN melalui private placement mencapai Rp 15,65 triliun dari Juli hingga Agustus 2018.
I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan pemerintah melakukan private placement sebagai bentuk alternatif penerbitan SBN untuk menggenjot target penerbitan SBN di kuartal III sebesar Rp 181 triliun. Sejak Juli hingga Agustus pemerintah baru menyerap dana hasil lelang sebesar Rp 116,7 triliun.
Sedangkan, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohamad Ihsan mengatakan pemerintah perlu mencari alternatif pendanaan lain, salah satunya melalui private placement karena kini pemerintah menghadapi kondisi kenaikan suku bunga yang membuat pemerintah harus berhati-hati dan cermat dalam menerbitkan surat utang agar cost of fund tidak membengkak.
Dengan skema private placement pemerintah bisa menambah pendanaan sekaligus diversifikasi tenor penerbitan yang umumnya hanya menawarkan seri tenor tertentu.
Sedangkan bagi investor, kegiatan private placement bisa investor manfaatkan untuk mendapatkan instrumen yang sesuai dengan kebutuhan langsung dari penerbitnya tanpa harus mencari di pasar sekunder.
"Skema private placement ini akan menguntungkan baik bagi pemerintah maupun investor yang tertarik karena umumnya surat utang yang ditawarkan bukan surat utang yang biasanya ditawarkan pada lelang," kata Ifan, Jumat (31/8).
Keuntungan private placement bagi pasar obligasi adalah menambah likuiditas surat utang dikemudian hari. Maklum, selama ini likuiditas surta utang hanya bergerak disekitar seri-seri yang sering dilelang pemerintah. Sedangkan seri lainnya umumnya kurang likuid.
"Private placement menurut saya akan sangat bagus bagi likuiditas surat utang nantinya, dengan bertambahnya nilai penerbitan tentunya diharapkan juga berimbas di likuiditas pasar sekunder," kata Ifan.
Made mengatakan dengan private placement investor bisa mendapatkan surat utang sesuai kebutuhan. Sementara, pada lelang belum tentu investor bisa mendapatkan jumlah surat utang yang sesuai dengan kebutuhannya.
Namun, kekurangan dari private placement adalah tidak bisa mencerminkan berapa permintaan biding atau yield yang diminta investor. Hal ini berbeda dengan lelang yang bisa mengetahui biding dan yield yang diminta investor. "Lelang memberi cerminan kondisi permintaan yield investor," kata Made.
Bisanya private placement ditawarkan hanya ke beberapa pihak seperti institusi asuransi dan dana pensiun.
Made mengatakan akan lebih baik bagi pemerintah untuk memaksimalkan lelang yang ada karna dari lelang penyerapan yang pemerintah serap bisa lebih banyak. "Jadi pemerintah bisa dapat jumlah penawaran besar dengan berbagai seri tenor yang ditawarkan," kata Made.
Nilai penerbitan private placement umumnya sebesar ratusan miliar hingga sekitar Rp 1 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News