Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Asia Pacific Fibers Tbk (Asia Pacific) mengantongi tambahan dana untuk ekspansi. Di 2012, emiten berkode saham POLY ini memperoleh pinjaman US$ 30 juta dari pemegang saham mayoritasnya Damiano Investment BV.
Dari fasilitas itu, Asia Pacific sudah mencairkan US$ 20 juta. Adapun sisanya akan dicairkan dalam paruh kedua di tahun ini atau awal tahun depan. Pinjaman tersebut dikenakan beban bunga yang lebih mahal daripada bunga pinjaman bank. "Kalau biasanya bunga pinjaman dalam dollar itu 8%, kami dikenakan bunga sekitar 12%. Memang ada selisih sekitar 4%-6% dari fasilitas biasa," kata Tunaryo, Sekretaris Perusahaan Asia Pacific di Jakarta, Senin (9/7).
Beban bunga yang lebih tinggi dinilai wajar, karena proses restrukturisasi utang Asia Pacific senilai US$ 260 juta belum mendapat persetujuan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Restrukturisasi itu tak kunjung selesai karena bersamaan dengan utang Grup Texmaco, induk usaha Asia Pacific terdahulu.
Asia Pacific sebenarnya sudah mengajukan usulan kepada PPA agar proses restrukturisasi utangnya tak dikaitkan dengan Grup Texmaco. Tapi hingga kini Asia Pacific belum juga mendapat persetujuan terkait restrukturisasi itu. "Kalau alasan kenapa sampai sekarang belum selesai, itu harus ditanyakan ke PPA. Kami hanya berharap restrukturisasi bisa selesai tahun ini agar perusahaan semakin mudah mengembangkan bisnisnya," ungkap Tunaryo.
Terus tertundanya restrukturisasi utang menyebabkan Asia Pacific tak bisa mencari pinjaman bank. Imbasnya, emiten ini hanya bisa mengandalkan kucuran pinjaman dari Damiano meski dengan beban bunga yang lebih mahal. Penarikan pinjaman dari Damiano sudah dilakukan sejak 2011. Kala itu, Asia Pacific mendapatkan kucuran fasilitas senilai US$ 23 juta yang juga dipakai untuk membiayai beberapa ekspansi.
Sejak tahun lalu, Asia Pacific giat meningkatkan produksi beberapa produknya. Asia Pacific, misalnya, meningkatkan kapasitas fiber menjadi 190.000 ton per tahun pada 2012 dari sebelumnya 144.000 ton per tahun. Rencana ini sudah rampung pada akhir semester pertama 2012.
Asia Pacific juga berniat meningkatkan produksi atas produk-produk khusus (specialty product) dari 8% menjadi 30% di tahun ini. Beberapa ekspansi itu diharapkan mendorong target penjualan 2012 senilai Rp 5 triliun. Tapi Tunaryo enggan membeberkan target laba bersihnya, dengan alasan bergantung pada beberapa faktor seperti harga bahan baku.
Di kuartal I-2012, Asia Pacific meraih pendapatan Rp 1,44 triliun, turun 4,14% dari periode sama tahun lalu. Tak cuma itu, Asia Pacific juga menanggung rugi bersih Rp 125,77 miliar, jauh merosot dari kinerja di periode sama 2011, yaitu untung Rp 409,89 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News