Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) boleh saja masih bertahan sebagai pemain semen tier I. Namun, bisnis perseroan cenderung tertekan akibat persaingan semakin ketat.
Analis Buana Capital Teuku Hendry Andrean menilai, ada dua pemain baru yang yang menjadi pesaing baru ITNP, yaitu Anhui Conch dan Siam Cement. Anhui Conch bisa bertahan dan menjadi pesaing baru di Kalimantan karena pabriknya berada di sana.
Efeknya cukup terasa. Kinerja penjualan INTP sepanjang Oktober lalu, menurut Hendry, mengalami sedikit perbaikan. Tapi hanya terjadi di kawaasan Jakarta dan Jawa Barat. INTP memang memiliki dua pabrik di Citeurep, Bogor dan Cirebon untuk menangkap pangsa pasar di kawasan Jawa Barat, termasuk Jakarta.
"Tapi, di Jawa Tengah mereka keteteran, ini karena ada beberapa produsen semen di Jawa Tengah," jelas Hendry. Teguh Hartanto, analis Bahana Securities, menambahkan, penjualan semen INTP di Pulau Jawa sepanjang Oktober memang naik 5,1%
(yoy). Namun, kenaikan tersebut tidak membuat pangsa pasar INTP naik tapi justru turun menjadi 37%. "Ini karena ada pendatang baru yang bermain di kawasan itu, Semen Mereh Putih dan Jui Shin," tandas Teguh.
Sepanjang Oktober 2015, volume semen curah atau bulk cement INTP sebesar 23,8% dari total volume penjualan semen INTP atau naik 20,7% dibandingkan setahun sebelumnya. Masalahnya, margin bulk cement jauh lebih rendah ketimbang semen yang dikemas dalam kantong alias bag cement.
Melihat kondisi tersebut, Teguh memprediksi, penjualan INTP tahun ini sekitar Rp 17,47 triliun. Sementara, tahun 2016 dan 2017 masing-masing Rp 18,07 triliun dan Rp 18,95 triliun.
Laba bersih periode tahun 2015, 2016, dan 2017 masing-masing Rp 4,34 triliun, Rp 4,35 triliun dan Rp 4,57 triliun. Pada periode yang sama, margin kotornya diperkirakan masing-masing 44%, 43%, dan 42,9%.
Lalu, margin laba bersihnya masing-masing 24,8%, 24,1%, dan 24,1%.
Kapasitas bertambah
Liliana S. Bambang, analis Mandiri Sekuritas, dalam riset 18 November lalu, menjelaskan, penurunan kinerja INTP sudah terlihat sejak kuartal III-2015. Kuartal IV ini, ada momentum kenaikan karena proyek-proyek pemerintah mulai berjalan.
Selanjutnya tahun depan, manajemen INTP memproyeksikan, permintaan semen nasional naik antara 3% hingga 5%. Kenaikan permintaan tersebut juga seiring beroperasinya pabrik baru INTP, yang memiliki kapasitas 4,4 juta metrik ton semen.
"Masalahnya, ini juga berbarengan dengan kapasitas baru dari pemain baru seperti Siam Cement dan Semen Merah Putih," tambah Liliana. Ia memprediksi, penjualan INTP tahun ini, 2016 dan tahun 2017 masing-masing Rp 19,3 triliun, Rp 20,47 triliun, dan Rp 21,71 triliun.
Laba bersih diprediksi masing-masing Rp 4,97 triliun, Rp 5,131 triliun dan Rp 5,48 triliun. Hendry merekomendasikan hold saham INTP dengan target Rp 17.150 per saham. Teguh merekomendasikan reduce dengan target Rp 16.400.
Liliana merekomendasi neutral dengan target Rp 21.600. Kemarin (23/11), harga INTP Rp 20.300 per saham turun 3,33% dari hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News