kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang rebound batubara lebih besar di sisa 2020


Jumat, 12 Juni 2020 / 20:43 WIB
Peluang rebound batubara lebih besar di sisa 2020
ILUSTRASI. Pergerakan harga batubara global di sisa 2020 diyakini masih berpotensi rebound meski terbatas.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga batubara global di sisa 2020 diyakini masih berpotensi rebound meski terbatas. Adapun sepanjang 2020, pergerakan harga batubara cenderung turun.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan, penurunan harga batubara sepanjang Januari hingga saat ini karena faktor penyebaran virus corona. Kondisi tersebut turut mempengaruhi pasokan dan permintaan batubara sepanjang tahun ini.

Ditambah lagi, Wahyu menilai negara superpower (seperti China dan Amerika Serikat) turut memanfaatkan momentum ini untuk hoarding atau menimbun cadangan, terutama komoditas strategis seperti minyak dan batubara. "Untungnya meskipun mengalami penurunan, pergerakan batubara tidak seburuk harga minyak dan komoditas lainnya," jelas Wahyu kepada Kontan, Jumat (12/6).

Baca Juga: Pemerintah Menjajaki Pasar Baru Komoditas Batubara Indonesia

Apalagi, secara keseluruhan batubara tidak memiliki masalah kontrak, storage atau penyimpanan, bahkan terkait pengiriman. Pergerakan dan sentimen harga batubara pun dinilai cukup simple dan lebih mudah diatur.

Selain itu, Wahyu mengakui nasib harga batubara saat ini idealnya bisa melorot ke level US$ 40 per metrik ton. Namun faktanya harga masih bisa bertahan di kisaran US$ 50 per metrik ton. Ini karena, dari sisi penyimpanan batubara cukup mudah, ditambah lagi harga cukup mudah dikelola oleh China apabila terjadi kelebihan pasokan.

"Bagaimanapun China jadi pemakai sekaligus pengguna utama coal di dunia sehingga sentimennya lebih baik daripada konflik kepentingan, Saudi, Rusia dan AS terkait harga minyak," ujar Wahyu.

Baca Juga: Kikis ketergantungan, APBI sambut perluasan pasar ekspor batubara

Ke depan, Wahyu menilai sentimen harga komoditas masih sangat bergantung pada solusi virus dan dampaknya terhadap resesi global. Syaratnya, ekonomi harus pulih pascapandemi. Saat itu baru bisa berharap harga komoditas termasuk batubara bisa kembali pulih.

Di samping itu, harga batubara masih cukup rentan terhadap prospek pertumbuhan ekonomi yang didorong untuk terus bertumbuh, tapi rentan anjlok begitu kepanikan pasar meningkat. Namun, peluang untuk harga batubara rebound lebih besar ke depan, meskipun cukup terbatas.

"Setidaknya lower consolidation jadi gerakan wajar. Dengan potensi rebound terbatas, rekomendasi buy on weakness saat harga bergerak di bawah US$ 50 per metrik ton," ujar dia.

Baca Juga: Perhatian! Kontrak emiten tambang jumbo BUMI, ADRO, dan INDY segera berakhir

Untuk jangka panjang harga batubara diperkirakan bergerak pada rentang US$ 40 per metrik ton-US$ 120 per metrik ton. Sedangkan proyeksi untuk konsolidasi tahunan di rentang US$ 50 per metrik ton-US$ 60 per metrik ton.

Sedangkan prediksi jangka pendek pada rentang US$ 50 per metrik ton-US$ 70 per metrik ton. Wahyu menambahkan, saat harga sudah berada di atas US$ 60 per metrik ton, investor direkomendasikan untuk sell on strength.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×