Reporter: Harry Febrian | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Otot mata uang Garuda masih lunglai. Merujuk kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar kita pada Selasa (28/2), melemah 48 poin menjadi Rp 9.158 per dollar Amerika Serikat (AS).
Nurul E. Nurbaeti, Head of Research Treasury Division Bank BNI, menilai, pelemahan rupiah berlanjut adalah karena tingginya permintaan dollar AS di dalam negeri.
Pasar juga masih menunggu kepastian rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Nurul memprediksi, pelemahan rupiah masih berlanjut hari ini terbebani sentimen kenaikan inflasi. "Namun, BI pasti ada di pasar mengawal rupiah agar tidak jatuh terlalu dalam," kata dia, kemarin.
Wahyu T. Laksono, pengamat pasar valuta, menambahkan, rupiah masih berada dalam fase konsolidasi. Rupiah sejatinya bisa bergerak di bawah Rp 9.100 karena dollar AS sedang lesu.
Namun, faktor domestik seperti outlook BI rate, lebih dominan menekan rupiah. "Pasar juga menunggu kelanjutan rencana Long Term Refinancing Operations oleh bank sentral Eropa," jelas Wahyu.
Hal ini membuat aliran dana asing masih tertahan. Prediksi Wahyu, hari ini USD/IDR bergerak di rentang 9.100-9.180. Sedang Nurul memperkirakan pairing USD/IDR bergerak di kisaran 9.000-9.120.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News