Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mendapat sokongan dari pelemahan mata uang ringgit serta kenaikan harga minyak kedelai. Hal tersebut membuka peluang CPO untuk mencatat penguatan harian.
Mengutip Bloomberg, Rabu (7/6) pukul 11.29 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Agustus 2017 di Malaysia Derivative Exchange melemah 0,6% ke level RM 2.484 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya.
Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures memaparkan, harga CPO sebenarnya berpotensi menguat pada pergerakan hari ini. Kenaikan minyak kedelai serta pelemahan mata uang ringgit Malaysia menjadi penyokong harga CPO.
Faisyal mencatat, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade pada hari Selasa (6/6) ditutup naik 0,3%. Lalu kontrak minyak kedelai periode September 2017 di Dalian Commodity Exchange menguat 0,5%.
Sementara pergerakan mata uang ringgit, pada pukul 10.24 WIB terpantau di level 4,2670 per dolar AS, melemah sekitar 0,1% dibanding sehari sebelumnya. "Mata uang ringgit yang melemah akan membuat harga minyak sawit menjadi lebih murah untuk para pemilik mata uang lainnya," kata Faisyal.
Namun, penguatan harga CPO juga dibatasi oleh survey Bloomberg terhadap delapan pengusaha perkebunan, trader, dan analis. Survey tersebut menunjukkan cadangan CPO Malaysia pada bulan Mei naik 0,6% menjadi 1,61 juta ton dibanding bulan sebelumnya. Angka produksi diprediksi meningkat 5,8% menjadi 1,64 juta ton atau tertinggi sejak Oktober 2016.
Secara teknikal, Faisyal melihat level resistance harga CPO terdekat di area RM 2.515. "Jika menembus ke atas dari level tersebut harga berpeluang naik lebih lanjut untuk menguji level resisten selanjutnya di RM 2.545," imbuhnya. Sedangkan untuk sisi bawahnya, area RM 2.460 adalah level support terdekat, menembus ke bawah dari zona tersebut harga berpeluang melemah lebih lanjut untuk mengincar ke area support kuat di RM 2.430.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News