Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan yang terjadi pada mata uang peso Argentina sebanyak 16%, turut mempengaruhi kurs rupiah dan sempat melemahkan rupiah. Untungnya, kondisi tersebut diperkirakan tidak berlangsung lama, karena pengaruh kondisi Argentina tidak berdampak besar bagi Tanah Air.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan (14/8) pergerakan nilai tukar rupiah sukses menguat terhadap dolar AS sebanyak 0,56% menjadi Rp 14.245 per dolar AS. Hal tersebut juga tampak dari pergerakan kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau JISDOR yang sukses mencatatkan penguatan sebanyak 49 poin ke level Rp 14.234 per dolar AS.
Baca Juga: LPS: Pertumbuhan kredit dan DPK di semester I masih akan berlanjut
Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, dampak pelemahan mata uang peso Argentina tidak akan berdampak signifikan terhadap rupiah di jangka panjang. "Karena itu masalah internal di dalam negeri sendiri dan bukan karena kondisi pasar global," jelasnya kepada Kontan, Rabu (14/8).
Justru, menurutnya yang masih menjadi perhatian pasar global yakni kondisi perekonomian AS yang mulai membaik. Hal tersebut, tentunya bakal berdampak bagi pergerakan rupiah dengan kecenderungan bakal tertekan. Jelas saja, saat kondisi ekonomi AS membaik kurs dolar AS bakal mengalami penguatan terhadap pasangan mata uang lainnya, termasuk rupiah.
"Ada kemungkinan pelemahan rupiah, mengingat ekonomi AS mulai membaik,"ungkapnya.
Baca Juga: Donald Trump melunak, kurs rupiah diprediksi berlanjut menguat besok
Di sisi lain, penguatan dolar AS yang signifikan juga bisa berdampak negatif bagi produk-produk Negeri Paman Sam tersebut, sehingga negara akan kesulitan dalam memasarkan produknya di pasar global. Selain itu, tensi perang dagang antara AS dengan China juga sudah terlalu lama dan cenderung berfluktuasi.
Sehingga, Sutopo memperkirakan rupiah masih memungkinkan mengalami pelemahan terhadap dolar AS di rentang resistance Rp 14.250 per dolar AS hingga Rp 14.500 per dollar AS, sedangkan potensi support berada di kisaran Rp 14.250 per dolar AS hingga Rp 14.000 per dolar AS.
Menurutnya, secara teknis bias pelemahan rupiah masih tetap ada di jangka pendek. Namun diharapkan tidak terlalu signifikan dan cenderung sideways ke arah bearish.
Baca Juga: Peso Argentina terpuruk, rupiah masih bisa bangkit
Adapun sentimen yang mungkin dan masih akan mempengaruhi gerak rupiah dalam waktu dekat yakni rapat Federal Open Market Committe (FOMC) yang rencananya bakal digelar pada 22 September 2019.
Selain itu, prospek ekonomi AS juga masih menjadi perhatian, yang merujuk pada arah pemangkasan suku bunga The Fed nantinya. "Meskipun begitu, ini hanya temporary saja," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News