Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tampaknya niat Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menghubungkan bursa saham Indonesia dengan bursa lain di Asia Tenggara bakal menemui hambatan serius. Sebab, para pelaku pasar modal di Indonesia menolak program yang bernama ASEAN Linkage tersebut.
Alasannya, "Ada banyak hal yang harus dibenahi Bapepam-LK sebelum memberlakukan ASEAN Linkage," kata Lily Wijaya, Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), kemarin.
Menurut Lily, ada beberapa hal yang menghambat pemberlakuan sistem ini. Pertama, investor di Indonesia belum siap dengan pemberlakuan sistem ini.
Kedua, peraturan perdagangan dan sistem pengawasan di ASEAN Linkage belum jelas. Ini akan menyulitkan kalau terjadi perselisihan antara investor dengan broker dari negara yang berbeda.
Ketiga, nilai tukar rupiah masih sangat fluktuatif. Hal ini akan mempersulit investor bertransaksi, plus menambah potensi kerugian investor. Keempat, sumber daya manusia (SDM) Indonesia masih kalah bersaing dengan negara ASEAN lain.
Alhasil, pelaku pasar meminta Bapepam-LK dan BEI mempertimbangkan lagi pemberlakuan sistem ini. "Kami malah merasa sangat takut," tegas Gunawan Cokro, Sekretaris Jenderal Asosiasi Emiten Indonesia (AEI).
Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) Abiprayadi Riyanto juga khawatir sistem ini berpeluang mematikan sekuritas dan broker Indonesia. "Mereka bisa kalah bersaing dengan sekuritas dan broker di negara lain," kata Abiprayadi.
Sekadar mengingatkan, akhir Februari 2009, BEI menandatangani kesepakatan dengan bursa efek empat negara ASEAN untuk membentuk jalur perdagangan saham elektronik. Negara yang berpartisipasi, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura , dan Vietnam. Rencananya, program ini berjalan 2010.
Ketua Bapepam-LK Ahmad Fuad Rahmany bilang Bapepam dan BEI sudah sepakat tidak memberlakukan ASEAN Linkage pada 2010. "Kami masih perlu membenahi berbagai aturannya. Jadi, tidak mungkin mulai 2010," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News