Reporter: Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Rupiah terlunta-lunta selama sepekan ini. Di pasar spot, Jumat (29/11), rupiah ditutup di level 11.965 atau melemah 2,26% dibanding pekan lalu. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah juga ambles ke level 11.977 atau melemah 2,31% dalam sepekan.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, sepekan ini, rupiah mendapatkan banyak tekanan dari kekhawatiran pasar terhadap kinerja ekonomi di dalam negeri yang diperkirakan semakin memburuk. Khususnya, menjelang rilis data inflasi dan ekspor pekan depan. Tekanan juga datang dari kenaikan permintaan dollar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir bulan.
Dari sisi global, spekulasi pasar bahwa stimulus moneter AS akan segera dikurangi dalam waktu dekat ini juga memberi tekanan yang besar bagi rupiah.
David Sumual, ekonom BCA mengatakan, pada akhir pekan ini, rupiah menguat tipis secara teknikal. Pergerakan rupiah yang sudah melemah cukup dalam membuat pelaku melihat rupiah cukup menarik sehingga menjual dollar AS di level 12.000.
Dari faktor global, data-data AS menguat, seperti data klaim pengangguran yang berkurang, data manufaktur dan indeks kepercayaan konsumen yang meningkat. Ini memberi sinyal tapering semakin kuat.
David mengatakan, pergerakan rupiah sepekan ke depan akan dipengaruhi oleh data-data ekonomi dari China, Eropa, dan AS. Terutama data AS yang bisa menimbulkan spekulasi tapering.
Ariston memperkirakan, sepekan ke depan, rupiah akan tertekan di kisaran 11.870-12.100. David memproyeksikan, rupiah akan berada di kisaran harga 11.750-12.050.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News