kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasokan terancam, platinum melambung tinggi


Senin, 12 Oktober 2015 / 15:30 WIB
Pasokan terancam, platinum melambung tinggi


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pergerakan harga platinum selama sepekan terakhir terus menanjak. Melemahnya nilai tukar dollar AS serta ancaman berkurangnya pasokan menjadi penopang kenaikan harga platinum.

Mengutip Bloomberg, Senin (12/10) pukul 13.30 WIB, harga platinum kontrak pengiriman Januari 2016 di bursa Commodity Exchange naik 0,7% ke level US$ 988,9 per ons troi. Selama sepekan terakhir, platinum menanjak 8,3%.

Kenaikan harga platinum dalam sepekan terakhir menyusul testimoni The Fed yang belum akan menaikkan suku bunga tahun ini. Hal ini memberi sentimen negatif pada pergerakan dollar AS. Pada akhirnya dollar AS melemah dan mengangkat harga komoditas termasuk platinum.

Harga platinum mencatat kenaikan paling tinggi secara mingguan jika dibandingkan dengan komoditas logam lainnya. Soalnya, ancaman turunnya produksi turut melambungkan harga platinum.

Negara penghasil platinum terbesar di dunia, Zimbabwe meminta perusahaan tambang seperti Impala Platinum Holdings Ltd., Anglo American Platinum Ltd., dan perusahaan lain untuk mengurangi konsumsi listrik sebesar 25%. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi pemakaian air sebagai tenaga listrik di tengah kekurangan air di Zimbabwe.

"Zimbabwe berada di bawah Afrika Selatan dan Rusia sebagai podusen terbesar," ujar James Steel, analis pada HSBC Securities (USA) Inc. di New York, seperti dikutip Bloomberg.

Pengamat Komoditas, Ibrahim mengatakan, tanda-tanda perlambatan ekonomi di AS hingga akhir tahun ini turut membawa sentimen negatif pada pergerakan dollar AS sehingga berdampak positif pada harga platinum.

Namun, di sisi lain permasalahan ekonomi China masih akan membayangi pergerakan harga hingga jangka panjang. Ibrahim menyebut, salah satu pengamat ekonomi Tiongkok memprediksi pertumbuhan ekonomi negaranya masih akan melambat hingga akhir tahun ini. China merupakan konsumen platinum terbesar di dunia. "Ekonomi China yang melambat bisa dijadikan alasan untuk profit taking," ujarnya.

Meski produksi berkurang, jika permintaan turun maka harga pun sulit bangkit. Sebelum adanya permintaan untuk mengurangi konsumsi listrik, produsen platinum sebenarnya sudah mulai melakukan efisiensi. Di antaranya dengan menutup beberapa tambang dan mengurangi pegawai. "Kita masih harus lihat apakah ancaman berkurangnya produksi ini mampu membuat harga naik," lanjut Ibrahim.

Dalam sepekan ke depan, akan ada rilis berbagai data ekonomi China yang dapat memperngaruhi pergerakan harga platinum. Di antaranya, data trade balance yang diperkirakan surplus US$ 46,9 miliar atau turun dari sebelumnya US$ 60,2 miliar. Lalu data consumer price index (CPI) yang diperkirkan turun menjadi 1,8% dari sebelumnya 2% dan producer price index (PPI) yang diprediksi tetap di level minus 5,9%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×