Reporter: Diba Amalia Haritz | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga timah terus melanjutkan pendakian. Melejitnya harga timah dipengaruhi oleh faktor melorotnya pasokan. Mengutip Bloomberg, harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,80% dibanding dengan hari sebelumnya ke level US$ 18.850 per metrik ton, sekaligus level tertinggi sejak Februari 2015. Harga timah terbang 2,50% dalam sepekan.
Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim berpendapat, tingginya kebutuhan timah yang diiringi berkurangnya pasokan memicu harga komoditas ini terus meningkat. Ekspor timah dari Indonesia mulai melambat. China juga menutup smelter timah sejak awal Agustus 2016 untuk pemeliharaan. Penutupan smelter ini akan mempengaruhi produksi.
"Penurunan produksi timah di China menyebabkan berkurangnya pasokan global," kata Ibrahim.
Cadangan timah di gudang London Metal Exchange turun 50% dari level tertinggi sejak Mei 2016 di angka 2.975 ton. Angka ini terendah sejak November 2008. Sementara sikap wait and see pasar terhadap arah suku bunga The Fed menjadi katalis positif bagi timah.
Perilaku pasar tersebut menekan penguatan dollar, sehingga bisa membantu timah melesat. "Timah akan terpengaruh dollar Amerika Serikat (AS), mengingat dollar AS merupakan nilai tukar bagi timah," ucap Ibrahim.
Ia memprediksi, harga timah berpeluang melanjutkan penguatan. Penurunan pasokan masih membayangi pergerakan harga timah. Namun, bila suku bunga AS, harga bisa terkoreksi. "Seluruh harga komoditas, termasuk timah akan bergantung pada keputusan Presiden Gubernur The Fed, Janet Yellen, Jumat (26/8)," ujar Ibrahim.
Ibrahim menduga, jika kondisi kekurangan pasokan masih terus berlanjut, harga timah mencapai US$ 20.000 per ton pada akhir tahun. Ibrahim memperkirakan, harga timah akan berada di US$ 18.820- US$ 18.910 per metrik ton pada hari ini dan US$ 18.710-US$ 19.100 selama sepekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













