Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam kembali naik. Kenaikan harga gas dipicu kekhawatiran pasar akan tingginya menjelang musim dingin dan penghentian pasokan gas alam ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 hingga akhir bulan.
Mengutip Bloomberg, Rabu (24/8), harga gas alam kontrak September 2022 naik 2,13% ke level US$ 9,39 per mmbtu. Sementara rekor harga tertinggi yang sempat terjadi di hari Senin (22/8), yaitu US$ 9,680 per mmbtu.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, mengatakan kenaikan harga gas alam di akibatkan kekhawatiran terhadap kekurangan pasokan energi dan menyebabkan perlambatan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.
"Oleh sebab itu, kekhawatiran meningkat dengan datangnya musim dingin dan dipercaya dapat merusak aktivitas bisnis," ujar Nanang kepada Kontan.co.id, rabu (24/8).
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Turun Tipis, Arab Saudi Beri Sinyal OPEC+ Bisa Pangkas Produksi
Nanang memperkirakan kenaikan harga gas alam masih akan berlanjut hingga berakhirnya status perbaikan pipa gas di Rusia pada akhir bulan ini. Potensi kenaikan terdekat US$ 10,00.
Rusia secara drastis mengurangi pasokan gas alam ke Eropa dalam beberapa pekan terakhir. Aliran melalui pipa Nord Stream 1 yang saat ini beroperasi hanya 20% dari volume yang disepakati.
Terlihat kondisi peralatan Rusia yang rusak dan tertunda sehingga terjadi penurunan tajam pada pasokan gas. Namun, sejumlah negara di Eropa khususnya Jerman sudah dengan lantang menyebutkan, hal ini sebagai manuver politik dampak dari sanksi yang diberikan Rusia.
Nanang menjelaskan dengan terbatasnya pasokan energi seperti gas alam membuat harga komoditas tersebut meroket dan bisa memberi dampak pada tingginya inflasi.
Baca Juga: Gazprom Rusia Akan Menutup Pipa Gas Alam yang Menuju Eropa untuk Pemeliharaan Rutin
"Inflasi yang tinggi akan menjadi beban berat bagi daya beli masyarakat, ditambah lagi suku bunga yang tinggi akan menunda ekspansi dunia usaha. Alhasil, perekonomian akan menjadi gelap," ujarnya.
Nanang mengatakan dengan melihat kondisi global yang masih tengah berjuang dari ancaman inflasi, ditambah lagi konflik Eropa Timur yang belum menunjukkan pintu damai, malah Eropa setujui embargo minyak Rusia, demi Ukraina.
"Harga komoditas khususnya gas alam diperkirakan masih akan mengalami kenaikan seiring tingginya permintaan jelang libur winter dan kegiatan produksi di kawasan Eropa," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News