Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) siap memecah nilai nominal saham alias stock split. Aksi korporasi ini sudah mendapatkan restu rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 8 Juni lalu.
Emiten industri dasar dan kimia ini menetapkan rasio stock split 1:2. Saham BRPT yang semula memiliki nilai nominal Rp 1.000 per saham akan berubah menjadi Rp 500 per saham. "Stock split ini untuk meningkatkan likuiditas saham," ujar Direktur Utama BRPT Agus Salim Pangestu, kepada KONTAN, Jumat (7/7).
BRPT menjadwalkan akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan negosiasi pada 11 Juni lalu. Sementara awal perdagangan saham dengan nilai nominal baru, yakni Rp 500 per saham, di pasar reguler juga negosiasi ditetapkan pada 12 Juni 2017.
Saat ini, jumlah total saham BRPT mencapai 6,98 miliar. Dari angka itu, pemegang saham mayoritas BRPT adalah Prajogo Pangestu yang menguasai 61,91% saham. Investor publik memiliki 38,09% saham.
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyatakan, aksi stock split membuat saham BRPT lebih likuid. Soalnya, dia melihat rata-rata volume transaksi harian saham BRPT cenderung menurun 21,9% year-to-date (ytd). Saat harga BRPT di Rp 1.500-an per saham, rata-rata volume transaksinya di atas 20 juta saham per hari. "Saat ini hanya 19 juta saham per hari," ungkap Achmad, Jumat (7/7).
Minat investor
Analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menilai, wajar bila emiten yang berkinerja solid seperti BRPT menggelar stock split. Selain agar volume transaksi saham menjadi lebih likuid, aksi tersebut bisa menggaet investor lebih banyak, terutama investor ritel supaya mau masuk ke saham BRPT.
Dari sisi kinerja, performa keuangan BRPT terus meningkat setiap tahun. Sepanjang 2016, BRPT membukukan pendapatan mencapai US$ 1,96 miliar, tumbuh 39% year-on-year (yoy). Adapun laba bersihnya US$ 131,70 juta. Ini adalah pencapaian bottom line terbaik BRPT setelah mengalami kerugian sejak 2011. Pada kuartal I 2017, pendapatan BRPT tumbuh 76% (yoy) jadi US$ 642,51 juta, dengan laba bersih US$ 131,70 juta. Di kuartal I 2016 lalu, BRPT masih merugi US$ 5,36 juta.
Kinerja bagus tersebut tentu menarik perhatian investor. "Secara valuasi, sahamnya juga masih tergolong murah, price earning ratio (PER) 8 kali. Ini membuat saham BRPT layak diperhatikan," tutur Nafan.
Dia memprediksikan, pendapatan BRPT di akhir tahun ini naik 30% (yoy) menjadi Rp 34,2 triliun atau US$ 2,6 miliar. Sedangkan laba bersihnya bisa tumbuh 52% (yoy) jadi Rp 2,6 triliun atau US$ 200 juta.
Nafan merekomendasikan overweight BRPT dengan target Rp 4.000 per saham. "Kalau stock split 1:2 berlaku, target harganya menjadi Rp 2.000 per saham," ujar dia. Harga saham BRPT kemarin menurun 0,67% menjadi Rp 2.980 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News