kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasca Kenaikan Suku Bunga, Kinerja Reksadana Diperkirakan Akan Stabil


Kamis, 02 Juni 2022 / 18:03 WIB
Pasca Kenaikan Suku Bunga, Kinerja Reksadana Diperkirakan Akan Stabil
ILUSTRASI. Pasar reksadana diyakini akan memasuki fase stabilisasi setelah nanti tren bunga naik.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana di bulan Mei 2022 kurang mengigit. Namun, pasar reksadana diyakini akan memasuki fase stabilisasi setelah nanti tren bunga naik.

Berdasarkan data dari Infovesta Utama pada 31 Mei 2022, kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index hanya mencatatkan return 0,13% secara bulanan di bulan Mei 2022. Lalu reksadana pasar uang yang kinerjanya tercermin dari Infovesta 90 Money Market Fund Index naik 0,26%.

Selanjutnya, Infovesta 90 Balanced Fund Index yang mengukur kinerja reksadana campuran merosot 0,29%. Sedangkan reksadana saham yang kinerjanya terlihat dari Infovesta 90 Equity Fund Index terkoreksi 0,97%.

Berikutnya, kinerja pasar surat utang tercatat berkinerja mixed. Infovesta Corporate Bond Index menguat sebesar 0,36%. Sementara Infovesta Government Bond Index melemah tipis 0,13%.

Baca Juga: IHSG Melemah Sepanjang Bulan Mei, Kinerja Reksadana Saham Ikut Melorot

Head of Investment Specialist and Product Development Sucorinvest Asset Management Lolita Liliana mengatakan, kinerja reksadana saham maupun reksadana campuran mengalami koreksi di bulan Mei 2022 lantaran meningkatnya persepsi pasar atas risiko resesi ekonomi dunia yang akan terjadi.

"Akibat dinamika pasar seperti lockdown China, ketidakpastian perang Rusia-Ukraina, dan kenaikan suku bunga bank sentral AS untuk meredam inflasi tinggi turut memberikan sinyal perlambatan ekonomi global," ucap Lolita kepada Kontan.co.id, Kamis (2/6).

Lolita mengatakan, kinerja reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi pemerintah juga masih mengalami koreksi di tengah kenaikan suku bunga The Fed.

"Reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi jangka pendek-menengah maupun reksadana pasar uang terjadi koreksi," tutur Lolita.

Namun, koreksi yang terjadi tidak sedalam koreksi pada obligasi pemerintah terutama yang bertenor lebih panjang sehingga secara keseluruhan masih mengalami kenaikan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan Asset Under Management (AUM).

"Di Sucor AM sendiri kenaikan AUM masih terjadi pada seluruh kelas aset kecuali reksadana terproteksi," ucap Lolita.

Lolita menilai, kinerja reksadana saham dan balanced fund milik Sucor mampu mencetak kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kompetitor maupun terhadap kinerja indeks.

"Strategi yang telah kami jalankan sejak tahun lalu untuk berfokus berinvestasi pada sektor terkait komoditas terutama energi menggapai potensi kenaikan terbukti cukup efektif," kata Lolita.

Ia melihat, kondisi ekonomi global mengalami commodity supercycle. Harga komoditas akan stabil di level tinggi untuk waktu yang cukup lama oleh karena efek berkepanjangan dari perang Rusia-Ukraina, yang turut mendorong kinerja reksadana untuk ke depannya.

"Posisi Indonesia sebagai eksportir komoditas energi akan diuntungkan karena permintaan global yang tinggi. Ini seiring pemulihan ekonomi global akan berdampak positif bagi pertumbuhan PDB dan menopang kinerja ekspor yang menghasilkan surplus sehingga nilai mata uang rupiah dapat bergerak cukup stabil," ujar Lolita.

Harga komoditas yang bertahan pada level yang tinggi dapat menunjang profitabilitas emiten terkait komoditas. Sehingga akan mendorong sektor tersebut untuk membagikan dividen yang jauh lebih tinggi dibandingkan sektor lain yang dapat menopang kinerja portofolio.

"Kami berpendapat setelah periode kenaikan suku bunga, pasar obligasi akan mulai mengalami stabilisasi. Kami memperkirakan IHSG akan di level 7.600-7.800 dan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun di 6.5-6.8% di akhir 2022," ujar Lolita.

Lolita merekomendasikan pemilihan reksadana yang tepat untuk nasabah bergantung pada profil resiko, horizon maupun tujuan investasi dari masing-masing nasabah.

"Untuk nasabah dengan profil resiko moderat hingga agresif dapat memanfaatkan koreksi yang terjadi di pasar saham maupun obligasi dengan melakukan dollar cost averaging," imbuh Lolita.

Baca Juga: Reksadana Berbasis Saham Turun Sepanjang Mei, Pasar Uang Justru Menguat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×