Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran sama-sama menyusut pada Februari lalu, seiring koreksi yang terjadi di pasar finansial Indonesia.
Mengutip Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap turun 1,75% secara month on month (mom) dari Rp 107,98 triliun pada Januari menjadi Rp 106,08 triliun pada Februari 2018. Dana kelolaan reksadana campuran juga merosot 3,43% secara mom dari Rp 28,86 triliun menjadi Rp 27,87 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menyampaikan, harga surat utang negara (SUN) yang menunjukkan tren penurunan lebih dari satu bulan terakhir membuat pasar obligasi terkoreksi. Kondisi semakin pelik manakala koreksi di pasar obligasi juga membuat nilai tukar rupiah mengalami tren pelemahan terhadap dollar AS.
“Dampaknya kurang baik bagi reksadana yang mengandalkan aset berupa obligasi seperti reksadana pendapatan tetap dan campuran,” katanya, Selasa (13/3).
Wawan bilang, selain menurunkan jumlah dana kelolaan reksadana pendapatan tetap dan campuran, koreksi di pasar obligasi juga ikut menurunkan kinerja rata-rata kedua reksadana tersebut.
Seperti diketahui, sepanjang Februari 2018, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap dalam Infovesta Fixed Income Fund Index minus 0,91%. Sedangkan kinerja rata-rata reksadana campuran dalam Infovesta Balanced Fund Index berada turun 0,24%.
Melihat tingkat penurunan kelolaan reksadana campuran yang mencapai 3,43%, Managing Director, Head Sales and Marketing Henan Putihrai Asset Management, Markam Halim bilang, reksadana campuran berada dalam posisi yang kurang menguntungkan ketika pasar obligasi dan saham tengah mengalami gejolak. Sebab, baik obligasi dan saham sama-sama menjadi aset portofolio reksadana tersebut.
“Investor reksadana ini biasanya melakukan switching dahulu ke instrumen yang lebih rendah dari segi risiko,” ujar Markam.
Direktur Bahana TCW Investment Management, Soni Wibowo berpendapat, potensi kenaikan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap dan campuran sebenarnya masih ada, namun tidak dalam jangka waktu dekat. Hal ini mengingat gejolak di pasar obligasi dan saham masih berlangsung hingga memasuki bulan Maret akibat efek kenaikan Fed Fund Rate dan perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat.
Ia menjelaskan, saat ini yang perlu dilakukan manajer investasi adalah menjaga kinerja reksadana pendapatan tetap dan campurannya agar tetap di atas indeks, sehingga nilai dana kelolaan kedua reksadana tersebut masih mampu tumbuh.
Soni mengatakan, untuk reksadana pendapatan tetap, manajer investasi dapat berupaya menambah kepemilikan obligasi bertenor panjang dalam aset portofolionya agar mendapat imbal hasil yang relatif lebih tinggi. Sementara untuk reksadana campuran, manajer investasi dapat mengkombinasikan pemilihan saham yang memiliki harga murah dan obligasi yang memiliki imbal hasil menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News