Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Di pengujung tahun 2016, harga komoditas timah menunjukkan tren pelemahan. Maklum, jelang libur Natal dan Tahun Baru, pelaku pasar lebih memilih bermain aman dan mengurangi transaksi.
Perdagangan diprediksi baru kembali normal di awal tahun 2017. Mengutip Bloomberg, Rabu (21/12), harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tercatat melemah 1,32% dibanding perdagangan sehari sebelumnya ke US$ 21.200 per metrik ton. Selama sepekan, harga melemah 1,9%.
Andri Hardianto, Analis Asia Tradepoint Futures, menyebut, penurunan harga di akhir tahun wajar terjadi. Permintaan aneka logam industri terkoreksi karena banyak pabrik melakukan pengurangan produksi jelang libur Natal dan Tahun Baru.
"Padahal sebenarnya secara fundamental masih cukup kuat," ungkap dia, Rabu (21/12). Data yang dirilis World Bureau of Metal Statistic (WBMS) menyebutkan, pasar timah global mengalami defisit hingga 28.800 metrik ton selama Januari–Oktober.
Pasokan timah dari Myanmar juga terganggu karena tingkat kesulitan penambangan meningkat. Produksi semi konduktor juga naik 3%. Jepang mencatatkan ekspor paling besar untuk produk semi konduktor ke China. Semi konduktor ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan telepon pintar.
"Sampai akhir tahun harga tidak akan bergerak cukup jauh dan cenderung terbatas," imbuh Andri.
Ia memprediksi harga timah akan bergerak di kisaran US$ 21.000-US$ 21.500 per metrik ton. Pergerakan harga timah akan kembali normal tahun depan, didukung rilis data manufaktur China di awal Januari dan penerapan kebijakan Presiden AS Donald Trump.
Harga timah kemungkinan melejit jika Trump benar-benar menggenjot belanja infrastruktur. Bisa jadi harga timah melambung dan menyentuh US$ 22.500 per metrik ton.
Secara teknikal, Andri melihat harga timah masih bergulir di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. MACD dan RSI ada di area positif. Stochastic sudah jenuh beli pada level 90,5.
Kamis (21/12), harga timah diprediksi bergerak terbatas di US$ 20.800–US$ 21.000 per ton. Sepekan ke depan harga akan bergeark di US$ 20.750–US$ 21.100 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News