kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar rawan jatuh, MI lebih defensif


Senin, 21 September 2015 / 08:31 WIB
Pasar rawan jatuh, MI lebih defensif


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan, Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ketidakpastian kembali menyelimuti pasar lantaran Bank Sentral Amerika Serikat alias The Federal Reserve menggantungkan rencana kenaikan suku bunga. Di tengah kondisi pasar yang rawan koreksi, manajer investasi (MI) bersikap lebih hati-hati dengan memilih saham-saham yang tahan banting.

Direktur Danareksa Investment Management Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan, pihaknya memilih saham sektor konsumer sebagai portofolio reksadana sahamnya.

Menilik fund fact sheet produk reksadana Danareksa Mawar Konsumer 10 per Agustus 2015, lima efek saham terbesarnya: TLKM, UNVR, BBCA, BBRI, serta BMRI. Sektor konsumer juga jadi pilihan BNI Asset Management.

Senior Fund Manager BNI Asset Management Hanif Mantiq mengatakan, saat volatilitas pasar tinggi, sektor konsumer menjadi pilihan tepat. Apalagi penurunan harga komoditas akan menurunkan harga bahan baku sehingga dapat mendongkrak margin emiten konsumer. “Barang konsumsi tergolong industri defensif. karena kebutuhan primer,” ujarnya.

BNI Asset Management juga mengoleksi saham sektor kesehatan, keuangan dan konstruksi. Alasan mereka, pengeluaran belanja kesehatan di Indonesia diperkirakan membengkak dua kali lipat dalam kurun lima tahun.

Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) juga menjadi penyokong industri kesehatan. Sementara, relaksasi kebijakan loan to value (LTV) akan berdampak positif bagi perbankan. “Meskipun pertumbuhan kredit diperkirakan tertekan seiring melambatnya perekonomian,” imbuh Hanif.

Jika tahun depan perekonomian Indonesia dan rupiah pulih, BNI Asset Management akan mengalokasikan dana investasi kembali ke sektor saham agresif. “Kalau inflasi dan suku bunga BI turun, investasi properti, semen, dan perbankan bisa lari kencang tahun depan,” prediksi Hanif.

Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja mengatakan sudah mengantisipasi The Fed. Itu sebabnya, mereka masih mengandalkan sektor keuangan. "Sektor ini masih berpotensi rebound, meski The Fed urung menaikkan suku bunga," ujarnya. Untuk menjaga kestabilan, Panin Asset Management tetap memilih saham berkapitalisasi pasar besar (big caps).

Di sektor keuangan, porsi investasi mencapai 35%. Lalu, Panin memegang sektor defensif seperti consumer goods untuk menjaga marjin, dengan porsi investasi 20%. Sisanya properti dan infrastruktur.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, sektor keuangan, terutama perbankan, dalam kondisi bagus. Saham perbankan sudah banyak turun, sehingga price to book value (PBV) cukup murah. Namun, ia hanya merekomendasikan saham BUMN seperti BBNI, BBRI dan BMRI, sebab akan mendapat banyak kesempatan bertumbuh melalui proyek pemerintah.

Selain itu, lanjut Hans, perlu menyiasati ancaman pelemahan rupiah dengan beralih pada saham yang tak terkena dampak pelemahan rupiah. Misalnya, sektor infrastruktur dan industri dasar, seperti SMGR dan INTP. Lalu, saham sektor konstruksi yang tengah banyak ekspansi, seperti WIKA, PTPP dan WSKT.

Sedangkan analis LBP Enterprises Lucky Bayu Purnomo,lebih memilih sektor konsumer seperti KLBF, UNVR, INDF, dan ICBP. Sektor ini dinilai masih akan bertumbuh hingga akhir 2015. Pilihan lain, saham sektor konstruksi dan infrastruktur yang menjadi fokus investasi tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×