Reporter: Riska Rahman | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, pasar modal menjadi salah satu ladang paling subur dalam menghimpun pendanaan. Setidaknya, nilai dana yang terjaring dari pasar modal tercatat yang tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga minggu kedua Desember 2017, nilai total dana yang berhasil dihimpun dari aksi korporasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 248,19 triliun. Jumlah ini menanjak 27% dibandingkan tahun lalu.
Perinciannya, dana yang terhimpun dari aksi penerbitan obligasi tahun ini mencapai Rp 156,02 triliun, naik 34,29% dibandingkan tahun lalu. Dana hasil penawaran umum terbatas atau rights issue juga tumbuh 23,20% year-on-year (yoy) menjadi Rp 82,69 triliun. Tapi, dana yang terkumpul dari aksi initial public offering (IPO) turun sekitar 21,38% (yoy) menjadi Rp 9,49 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat menyebut, pasar modal sudah jadi pilihan emiten untuk mencari tambahan pendanaan. Ke depan, otoritas BEI akan berkonsentrasi meningkatkan aksi korporasi pendanaan setelah emiten menggelar IPO. "Kami dorong bukan hanya IPO, tapi juga meminta emiten menggelar aksi korporasi pasca-IPO," ujar dia, akhir pekan lalu (22/12).
Tahun depan, pasar modal masih berpeluang menjadi magnet mencari dana tambahan. Namun Vice President Research and Analysis Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere menilai, minat emiten menjaring dana di pasar modal akan sangat bergantung pada kondisi pasar di 2018. Jika pasar modal masih bullish, emiten akan memanfaatkannya sebagai sarana mencari dana tambahan.
Pasar obligasi
Potensi kenaikan yield obligasi tahun depan juga akan mempengaruhi minat emiten menjaring dana di pasar modal lewat penerbitan obligasi. Sebab, yield obligasi yang tinggi menyebabkan emiten menanggung beban bunga lebih besar. Alhasil, emiten kurang tertarik mencari dana lewat instrumen ini.
Di sisi lain, kenaikan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB versi Fitch Ratings bisa mendorong emiten gencar mencari dana di pasar modal. "Emiten memiliki ruang lebih luas untuk berekspansi di tahun depan. Akhirnya mereka tertarik mencari dana segar baru di pasar modal," ungkap Nico.
Namun Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee yakin pasar modal masih menjadi pilihan bagi emiten untuk menjaring dana segar. Cuma, tak bisa dipungkiri, menghimpun dana melalui pasar modal kerap menjadi pilihan terakhir bagi emiten.
Hans melihat emiten cenderung memilih mencari dana ke bank dulu sebelum masuk ke pasar modal. "Apalagi saat ini suku bunga dalam tren rendah," ujar dia.
Toh, bukan berarti pasar modal akan sepi peminat. Pendanaan dari pasar modal masih menjadi magnet kuat selama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak menanjak.
Sejatinya, Pilkada serentak pada 2018 disusul Pemilu Presiden di 2019 bisa mendorong perekonomian Indonesia. Asalkan peristiwa politik berjalan kondusif, pasar modal akan tetap bergairah. Riska
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News