Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Mahkamah Konstitusi (MK) akhirnya mengetuk palu. Sejalan dengan hasil Komisi Pemilihan Umum, MK menetapkan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2014-2019.
Beberapa jam sebelum MK mengetuk palu, pasar saham Indonesia sudah berpesta. Ya, Indeks Harga Saham Gabungan kembali mengukir rekor baru di tahun ini, setelah ditutup menguat 0,31% menjadi 5.206,14, Kamis (21/8). "Padahal sempat melemah. Tapi di detik terakhir, IHSG menguat. Ini sudah tanda-tanda euforia putusan MK," ujar analis Reliance Securities Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah.
Tapi, posisi indeks kemarin belum melampaui rekor IHSG sepanjang sejarah, yakni di level 5.214,98, yang terjadi pada 20 Mei 2013.
Meski indeks terus menanjak, Managing Director Investa Saran Mandiri Jhon Veter menilai, price to earning ratio (PER) IHSG belum mahal, yakni di posisi 14 kali, dengan return on equity (ROE) di atas 15 kali. Sedangkan Lanjar berpendapat, momentum pilpres menyebabkan IHSG cukup mahal, meskipun belum memasuki area overbought. Dus, peluang IHSG naik masih terbuka lebar.
Para investor kini menanti susunan kabinet pemerintahan Jokowi-JK. Kepala Riset Bahana Securities Harry Su mengatakan, IHSG akan terus terdongkrak apabila formasi kabinet Jokowi sudah jelas. Tantangan makroekonomi harus dicermati juga. Misalnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang harus naik. Jika tidak naik, kondisi neraca perdagangan terus tertekan.
Kepala Riset Asjaya Indosurya William Surya Wijaya berpendapat, tim ekonomi ideal adalah yang menguasai bidangnya masing-masing, entah itu profesional maupun pengusaha. Ia mewanti-wanti, tim ekonomi Jokowi-JK jangan ditunggangi kepentingan partai politik.
Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Daniel Rahmat juga berharap, sosok tim ekonomi merupakan orang yang benar-benar berkompeten, bukan berdasarkan politik balas budi. Dengan demikian, pasar percaya terhadap pemerintahan baru, sehingga mendorong IHSG.
Mandiri Sekuritas memprediksi, IHSG mulai memasuki masa koreksi pada Agustus hingga Oktober nanti. Bahkan, IHSG bisa mencapai support di bawah level 5.000. Hal ini dipicu beberapa data ekonomi Indonesia yang negatif, seperti defisit neraca dagang yang masih besar. "Saya merekomendasikan agar investor mengambil aksi profit taking saat ini dan baru belanja lagi pertengahan Oktober mendatang," ungkap John Rahmat.
Sampai akhir tahun ini, Harry yakin indeks bisa menyentuh 5.300. Tahun depan, posisi IHSG bisa mencapai 6.000. Sedangkan Jhon Veter memperkirakan, IHSG di akhir 2014 menyentuh 5.800. Di situ, PER IHSG akan berada di level 14,5 kali-14,8 kali.
Sedangkan Lanjar menerka, dalam sebulan ke depan, indeks terus menguat menuju 5.260. Sampai akhir 2014, dia memprediksi, resistance IHSG di 5.650. Tapi jika tak mampu menembus 5.260, indeks saham berpotensi jatuh ke level support 4.750.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News