Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah gejolak pasar saham dan obligasi yang masih bergulir, kinerja reksadana ikut merosot. Kinerja rata-rata reksadana saham yang tercermin melalui Infovesta Equity Fund Index paling buruk yaitu minus 2,06% pada April 2018. Sementara, Infovesta Fixed Income Fund Index yang mencerminkan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap juga minus 0,7%.
Kinerja rata-rata reksadana campuran dalam Infovesta Balanced Fund Index juga masih negatif 0,75%. Satu-satunya yang positif yakni Infovesta Money Market Fund dengan return 0,33% sepanjang April lalu.
Di tengah kondisi ini, Edbert Suryajaya menyarankan agar investor reksadana menahan diri untuk menambah reksadana baru. Sebab, secara historis lima tahun ke belakang, ia melihat memang ada kecenderungan kinerja pasar memburuk pada akhir April hingga pertengahan Mei.
"Saya sarankan kalai investor mau subscribed, mulai di minggu ketiga saja," ujar Head of Research & Consulting Services Infovesta Utama ini, Rabu (1/5).
Pasalnya, Edbert menilai di minggu ketiga arah pergerakan pasar bisa jadi sudah lebih jelas. Pertemuan pejabat The Fed dalam FOMC yang memberi sinyal kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) selanjutnya sudah terlaksana. Selain itu, Bank Indonesia juga biasanya mengadakan agenda rapat di pertengahan bulan. "Setidaknya sudah bisa kelihatan strategi konkret BI nanti dan momentumnya bisa dimanfaatkan investor," katanya.
Untuk pilihan jenis reksadana, Edbert menilai, pada dasarnya kondisi sebagian besar jenis reksadana masih sama-sama volatil, baik reksadana saham, campuran, maaupun obligasi. "Kalau mau paling aman, investor bisa parkirkan dananya di pasar uang dulu saja," sarannya.
Ia juga menyarankan reksadana terproteksi bagi investor yang cenderung tidak ingin pusing memikirkan strategi di tengah kondisi pasar saat ini.
Namun, bagi investor yang ingin tetap memaksimalkan portofolionya, Head of Investment Avrist Asset Management, Farash Farich berpendapat, lebih baik pilih reksadana pendapatan tetap dengan basis obligasi korporasi. "Obligasi korporasi tidak sefluktuatif SUN, tapi tetap bisa dapat imbal hasil yang lebih stabil layaknya di reksadana pasar uang dan terproteksi," papar Farash, Rabu (1/5).
Senada, Edbert juga menyarankan investor untuk beralih ke reksadana pendapatan tetap yang memiliki porsi obligasi korporasi lebih besar jika mengincar return yang maksimal di tengah situasi pasar sekarang. Namun, ia mengimbau agar investor juga tetap mencermati rekam jejak produk reksadana tersebut dan memastikan bahwa imbal hasilnya secara historis memang terbilang stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News